Isnin, 25 Julai 2011

FAHAMILAH...



(¯`v´¯)♥♫" MEMBAWA KEKASIH KE SURGA "♫♥
`·.¸.·``(´'`v´'`)♥ ღ☆ღ,*ღ☆ღ*ღ☆ღ*ღ☆ღ*ღ☆ღ* ♥
...♥♥...♥`•.¸.•´
.¸.•´¸.•*♥ .:|:. ♥ .:|:. بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ:. ♥ .:|:. ♥ .:|:.
♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•​*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♫

ღ☆ღ

Ukhty......
aku punya harapan, kelak anak-anakku penggenggam dunia. Namun hati
mereka tetap hanya milik Allah dan rasul-Nya, karena itu aku butuh
seorang ustadzah yang membimbing anak-anak dan menjadikan rumahku
sebagai madrasah peradaban. Apakah anty siap menjadi ustadzah di
rumahku dan menjadi ibu dari anak-anakku kelak?”

✿`*•.¸¸.•* (¸.•'´ (¸.•'´*¤* `'•.¸) `'•.¸) `*•.¸¸.•*✿.

Ini sepenggal ungkapan tatkala seoarang ikhwan mengkhitbah seorang akhwat.

Tatkala ingin menggenapkan sayapnya yang cuma sebelah agar bisa terbang.

Sekarang, saat kita sudah punya sayap yang lengkap, masihkah kita ingin
mengajaknya terbang? Begitulah seharusnya. Kita harus konsisten dengan
harapan besar tatkala menikahinya. Menggapai ridha Allah, mengantarkan
dan membawanya terbang hingga di surga. Ya, kita harus membawanya. Ini
bukti kesungguhan dan cinta kita pada bidadari hati kita itu.

✿`*•.¸¸.•* (¸.•'´ (¸.•'´*¤* `'•.¸) `'•.¸) `*•.¸¸.•*✿.

Ini bukan romantisme. Tapi harapan. Ya, harapan. Harapan dan tekad
kesungguhan setelah mengambil keputusan besar dalam hidup, menikah.
Harapan untuk membawa orang-orang yang kita cintai hidup bersama di
surga. Bersama, reuni di sana. Benar, setelah ikrar nikah kita ucapkan,
kita punya harapan dan kewajiban, dan sebesar-besar harapan itu adalah
menjadikan bidadari hati kita sebagai kekasih dunia akhirat. Tidak
sebatas menjadikannya istri di dunia semata. Lebih dari itu, kita
berharap akan menjadikannya bidadari tercantik di antara
bidadari-bidadari surga, yang karenanya bidadari surga cemburu melihat
istri kita.

✿`*•.¸¸.•* (¸.•'´ (¸.•'´*¤* `'•.¸) `'•.¸) `*•.¸¸.•*✿.

Ini juga bukan romantisme. Tapi harapan. Tekad yang kuat. Tekad untuk
mempersembahkan rumah indah di surga untuk istri dan keluarga kita. Dan
sekarang kita harus mulai men'desain’ rumah kita itu. Rumah di surga.
Ya, sekarang. Selagi kita masih diberi kesempatan beramal di muka bumi
ini.

✿`*•.¸¸.•* (¸.•'´ (¸.•'´*¤* `'•.¸) `'•.¸) `*•.¸¸.•*✿.

Qiyamul Lail Satu Pintunya

“Allah merahmati seorang suami yang bangun malam lalu
menunaian shalat. Dia bangunkan istrinya, jika istrinya enggan, maka ia
percikkan air ke wajahnya. Dan Allah merahmati seorang istri yang
bangun malam untuk menunaikan shalat. Dia bangunkan suaminya dan
apabila suaminya enggan, maka ia percikan air ke wajahnya.”

(H.R Abu Dawud, Nasa’i Ibnu Majah)

✿`*•.¸¸.•* (¸.•'´ (¸.•'´*¤* `'•.¸) `'•.¸) `*•.¸¸.•*✿.

Ini bukan romantisme. Tapi, harapan. betapa indahnya jika hadits itu
benar-benar kita amalkan. Ketika suami terbangun, ia bangunkan sang
istri dengan mengatakan,

“Bidadariku, apakah engkau ingin tertinggal sementara
aku ingin mengajakmu ke surga dengan qiyamullail ini. Bangun
bidadariku, aku ingin engkau turus membersamaiku selamanya. Bersamaku,
tidak hanya di dunia ini, tapi juga di sana, di negeri abadi itu.
Bangun dinda, mari sholat.”

Atau sebaliknya, jika istri terbangun dia berkata,

✿`*•.¸¸.•* (¸.•'´ (¸.•'´*¤* `'•.¸) `'•.¸) `*•.¸¸.•*✿.

“Kekasihku, tidakkah kau ingin membawaku ke surga dengan
qiyamul lailmu. Bukankah engkau ingin menjadikanku sebagai bidadari
dunia akhirat, bangun suamiku. Aku rindu bertemu denganmu di surga
kelak.”

Ehm... Ini bukan romantisme saudaraku. Bukan. Sungguh, ini harapan. Indah. Bahagia.
Ini juga sebuah harapan. Tentang anak-anak kita kelak. Kita punya
mimpi. Mimpi menjadikan mereka menjadi mutiara-mutiara hati yang kelak
menggetarkan dunia. Bertebaran di berbagai belahan bumi dengan
menggemakan takbir, tahmid, tasbih dan tahlil. Ya, itu artinya kita
punya dua tanggungjawab besar; menjadikan istri sebagai bidadari; dan
'melahirkan' jundi-jundi penegak tauhid.

Sungguh, kita berharap dari rahim mulia istri kita terlahir
pejuang-pejuang dakwah, yang karena sentuhan lembut tangan bidadari
hati kita, mereka menjadi kuat dan kokoh. Dan rumah kita menjadi
madrasah peradaban.

Ini bukan romatisme. Tapi harapan. . .

✿`*•.¸¸.•* (¸.•'´ (¸.•'´*¤* `'•.¸) `'•.¸) `*•.¸¸.•*✿.

(¯`v´¯)♥
`·.¸.·``(´'`v´'`)♥(¯`v´¯)♥​(¯`v´¯)
..♥♥...♥.`•.¸.•´♥. `·.¸.·`.♥`·.¸.·`♥" Sang Pencari Cinta Sejati-Nya"♥
(¯`v´¯)♥:(¯`v´¯)♥:(¯`v´¯)♥​:(¯`v´¯)♥:(¯`v´¯)♥:(¯`v´¯)​♥:(¯`v´¯)♥
`·.¸.·`¸.´`·.¸.·`¸.´`·.¸.·​`¸.``·.¸.·`¸.``·.¸.·`¸.``·​.¸.·`¸.´`·.¸.·

✿`*•.¸¸.•* ( Thufail Na'im Ar'Syahid ) `*•.¸¸.•*✿.
✿`*•.¸¸.•* ( Khaura Al-Intifadhah ) `*•.¸¸.•*✿.