Jumaat, 11 November 2011

Berdialog Dengan Cinta



Suatu waktu, aku bertemu dengan sesuatu yang sangat indah. Takjub. Begitulah suasana untuk menggambarkan diriku disaat itu.

Akupun bertanya,

“Siapa dirimu ?”

“Aku adalah Cinta”. Jawabnya dengan lembut dan mendayu. Lebih lembut dari melodi musik ketika Kenshin (Samurai X) meninggalkan kekasihnya Kaury.

“Lalu apa yang kamu lakukan disini ?” Selidikku.

“Aku akan menjerat dirimu, dengan perangkapku. Engkau tidak akan bisa melepaskannya walaupun dengan sekuat kamampuan yang engkau punya. Bahkan Semakin engkau mencoba untuk memberontak, akan semakin erat perangkapku menjeratmu”

“Lalu setelah itu, apa yang akan kamu lakukan ?”

“Aku akan mengurungmu dalam penjara kegelisahan. Di dalamnya engkau akan merasa ketakutan. Dan engkaupun tidak akan bisa keluar darinya. Walupun engkau berteriak dengan jeritan menyayat, tidak akan ada orang yang mendengarkanmu. Kalaupun ada, mereka tidak akan peduli padamu”

“Lalu ?”

“Akan ku cambuk tubuhmu dengan cambuk Penderitaan. Sehingga engkau akan merasakan sakit yang membuat tubuhmu tidak nyaman. Pasrah. Engkau hanya akan bisa merintih memelas, memohon belas kasihan. Ketika engkau ingin mengobatinya, maka tidak ada seorang tabibpun yang mampu membuat obat untuk luka-lukamu”

“Setelah itu?”

“Akan kusirami tubuhmu dengan air Kesengsaraan. Sehingga akan membuat perih sekujur tubuhmu, membuat ngilu tulang-tulangmu. Membuat desiran darahmu terasa berhenti. Sangat pedih. Engkau hanya akan bisa pasrah menerima perlakuan semua itu”

“Apa lagi yang akan kamu perbuat setelah itu ?”

“Setelah itu, aku akan menusuk kepalamu dengan jarum Kerinduan. Kemudian, akan ku peras ia dengan kegelisahan. Sehingga membuatnya menjadi tak beraturan. Menghilangkan kesadaranmu. Berfikir tak rasioanal, menghadirkan perasaan yang mengerikan, menjadikanmu tak nyaman disetiap tidurmu.”

“Aku bisa melakukan segalanya terhadapmu. Membutakan mata, menulikan telinga, menjadikanmu lumpuh, bahkan membuatmu tidak bisa bernapas sekalipun. Tapi cukuplah itu sebagai sedikit gambaran tentang apa yang akan aku perbuat terhadapmu”

“Lalu bagaimana caraku untuk menghindar dari ancamanmu itu ? Tidak adakah jalan untuk berdamai ?”

Pembicaraan hening sejenak.

“Ada. Tapi jangan sekali-kali engkau khianati !”

“Benarkah. Apa itu?”

“Taruhlah aku di dalam wadah hatimu.
Kelola aku dengan manajemen kelembutan.
Pelihara aku dengan kesabaran.
Rawat diriku dengan keikhlasan.
Sirami aku dengan air mata ketulusan.
Jaga diriku dengan kesabaran dan ketaatan.

Sehingga Engkau akan merasakan kedamaian. Akupun akan merasa sempurna. Karena pada hakikatnya, kesempurnaanku terletak pada penghambaan diri, kepatuhan, dan ketaatan kepada yang dicintai, yaitu nilai kebenaran.”

“Akan aku lakukan. Tapi siapa sesungguhnya dirimu dan dari mana asalmu ?”

“Sesungguhnya aku ini di ciptakan oleh Sang Pencipta, Allah Ar-Rahman untuk berada dalam diri manusia. Celakalah bagi yang tidak menempatkanku pada rumahku. Dan beruntunglah bagi yang memanfaatkanku dalam jalan kebenaran”

Cinta menutup kata-katanya,

“Ingat, jangan pernah meremehkanku dan memperlakukanku dengan dengan tidak baik. Rawat aku. Dan sekali lagi, jangan mengkhianatiku!”