Isnin, 15 Februari 2016

"Gosip,Umpat,Fitnah akan MATI bila sampai ke telinga mereka yang Tabayyun"


يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوْا أَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلىَ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِيْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman, apabila datang kepada kalian orang fasiq dengan membawa berita, maka periksalah dahulu dengan teliti, agar kalian tidak menuduh suatu kaum dengan kebodohan, lalu kalian menyesal akibat perbuatan yang telah kalian lakukan.” (Al Hujurat : 6).

Imam Asy Syaukani rahimahullah berkata, “Yang dimaksud dengan tabayyun adalah memeriksa dengan teliti dan yang dimaksud dengan tatsabbut adalah berhati-hati dan tidak tergesa-gesa, melihat dengan keilmuan yang dalam terhadap sebuah peristiwa dan kabar yang datang, sampai menjadi jelas dan terang baginya.” (Fathul Qadir, 5:65).


Dari aspek bahasa, kata tabayyun memiliki 3 pengertian yang berdekatan seperti berikut :

1) Mencari kejelasan suatu masalah hingga tersingkap dengan jelas kondisi yang sebenarnya.
2) Mempertegas hakikat sesuatu.
3) Berhati-hati terhadap sesuatu dan tidak tergesa-gesa.


Seorg yg tabayyun itu menyelidik sesuatu perkara dgn teliti dan teramat halus. Ibarat menjahit pakaian yg bakal carik. Maka menyambungkan sesuatu yg bakal carik itu perlukan ilmu menjahit dan bukan ilmu menetas.

Bila kita mula membeli pakaian yg baru, maka yg lama akan mula mengoyak. Akhirnya, yg baru tetap juga akan koyak apabila mula mengetat.

Tiap sesuatu itu ada harganya. Dan setiap yg berharga itu, ujianNya.


Ketika Ali bin Abi Thalib hendak diutus sebagai hakim ke Yaman, Rasulullah mengarahkannya dengan berkata,

” إن الله سيهدى قلبك ، ويثبت لسانك ، فإذا جلس بين يديك الخصمان فلا تقضين حتى تسمع من الآخر كما سمعت من الأول ، فإنه أحرى أن يتبين لك القضاء “.
“Semoga Allah senantiasa memberimu petunjuk dan meneguhkan lisanmu. Jika pihak berperkara menghadap kepadamu, maka jangan sekali-kali memutuskan perkara tanpa mendengar kedua belah pihak. Karena yang demikian akan memudahkan kamu memutuskan perkara dengan baik”.


Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan atau pun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut setan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu). (An Nisa 83)


Sikap Rasulullah saw menyikapi Hatib bin Balta’ah dengan memanggilnya lalu bertanya : kenapa engkau melakukannya ? Wahai Rasulullah. Janganlah tergesa-gesa. Saya adalah orang muhajirin yang memiliki sanak keluarga yang berusaha melindungi keluarganya. Karena saya tidak bisa melakukannya, maka saya mencoba mencari orang yang dapat melindungi kerabatku. Saya melakukannya bukan karena murtad dari Islam dan bukan karena saya telah kafir. Lalu Rasulullah menerima alasannya dengan mengatakan, “ia jujur”.



يَ


sumber: Bahagian Dakwah JAKIM