Isnin, 19 September 2011

::: TITIK BALIK PERUBAHAN :::



SEDIKIT SAJA ANAK PANAH BERGESER FOKUSNYA, MAKA AKAN TERJADI PERGESERAN SANGAT BESAR DARI TITIK BIDIK. PERUBAHAN KECIL PADA MASA SEKARANG ,AKAN MEMBAWA PERUBAHAN BESAR DIMASA YANG AKAN DATANG***Tersebutlah seorang pemuda ahli maksiat. Tiada satu haripun dia lalui kecuali dia gunakan untuk mabuk-mabukkan, berjudi, main wanita dan sederet kemaksiatan lainnya.Suatu malam dia berkeliling mencari wanita yang mau diajak kencan.Pucuk dicinta ulampun tiba. Dari sebuah rumah berlentera terang, terdengar olehnya suara merdu. Pemuda itu segera tahu bahwa didalam rumah berdiam seorang wanita cantik tak bersuami, dan tanpa pikir panjang diapun segera masuk. Namun ketika sudah berada di dalam rumah, dia malah tertegun. Dia melihat wanita tersebut sedang membaca Al-quran.Diapun semakin terhanyut, tatkala mendengar wanita itu membaca ayat ke-16 dari QS Al-Hadid (57); “BELUM TIBAKAH WAKTUNYA BAGI ORANG-ORANG YANG BERIMAN UNTUK TUNDUK HATI MEREKA UNTUK MENGINGAT ALLAH DAN KEPADA KEBENARAN YANG TELAH TURUN KEPADA MEREKA?”Sontak saja hati sang pemuda tergetar. Ayat itu seakan-akan ditujukan kepadanya. Hatinya yang sekian lama dibaluri karatan dosa seakan terkuak. Cahaya Iman yang telah sekian lama padam kini bersinar kembali. Saat itu, ambruklah nafsu syahwatnya. Dia tertunduk lesu dan menangis.Dia berlari ke mesjid untuk bersujud kepada Allah yang telah lama dilupakannya.Sejak peristiwa itu, kelakuan sang pemuda berubah 180 derajat. Dia larut dalam ibadah dan mencari ilmu. Pemuda itu bernama Fudhail bin’ Iyadh. Kemudian dia dikenal sebagai Sufi besar pada zamannya.***Sedikit saja anak panah bergeser fokusnya, maka akan terjadi pergeseran sangat besar dari titik balik. Perubahan kecil pada masa sekarang, akan membawa perubahan besar dimasa yang akan datang. Karena itu , kemampuan memilih sikap bisa mengubah total kehidupan seseorang dimasa datang. Itulah yang terjadi pada Fudhail bin ‘Iyadh.Hanya lewat satu peristiwa , dia mengubah haluan hidupnya, sehingga berubah pula perjalanan nasibnya, dari seorang ahli maksiat menjadi ahli Taat yang namanya terus abadi hingga berabad-abad lamanya. “TEGURAN” dari Allah benar-benar menohok jiwanya, hingga dia tersadarkan dari tidur panjang berselimutkan kejahiliyahan.Tiada diragukan lagi, hidayah Allah-lah yang menjadikan seseorang berubah. Namun hidayah dari Allah bukan barang Gratisan, karena ia harus dicari. Tidak bisa kita mengatakan bahwa Allah belum memberi kita hidayah, sementara hidayah Allah bertebaran dimana-mana, disetiap waktu, disetiap tempat dan disetiap peristiwa. Masalahnya mau atau tidak kita mengambilnya.Andaikan hidayah itu Televisi, maka kita harus berikhtiar agar dapat menyalakannya.Andaikan Hidayah itu ada di majelis Ilmu , kita harus rajin mendatanginya.Andaikan hidayah itu ada dalam doa, rajin-rajinlah berdoa memohon hidayah.Berdoalah untuk diri sendiri, untuk pasangan hidup, untuk orang tua, untuk anak cucu, untuk sanak saudara, serta orang-orang yang kita kenal maupun tidak kita kenal. Orang yang belum pernah berbuat baik maupun orang yang pernah menzalimi kita.Sekali lagi Allah Ta’ala menebarkan kunci-kunci hidayah disekitar kita.Didalam setiap peristiwa yang ditakdirkan , terkandung limpahan hidayah yang bisa membuat seseorang terbangkitkan energi dirinya.Ada yang berubah ketika ditinggal mati orangtuanya.ada yang berubah ketika mendapat hinaan dari atasannya,ada yang berubah ketika bangkrut usahanya,ada yang berubah ketika mendapat nasehat dari orang berilmu,ada yang berubah ketika dia masuk penjara,ada yang berubah ketika patah hati dan dikecewakan,ada yang berubah ketika melihat bening mata bayi kecilnya, dsb.Bahkan jatuhnya sebutir Apel dari pohon dapat mengubah wajah dunia secara keseluruhan, seperti yang terjadi pada Isaac newton. Jatuhnya Apel telah menginspirasinya untuk menemukan Hukum relativitas.Yang terpenting maukah kita membuka hati dan pikiran?Maukah kita belajar serta mau mengakui kelemahan diri?Jika hal ini dilakukan , akan lebih mudah bagi kita untuk meraih limpahan hidayah Allah, kapanpun dan dimanapun kita berada. Namun jika belum mau juga, tampaknya kita harus menderita terlebih dulu sebelum melakukan perubahan. Biasanya penderitaan Efektik mengubah seseorang***(Dikutip dari “ Mengantar Ginjal Ke Surga” karya Eman Sulaiman )