Jumaat, 18 November 2011

✿MENJEMPUT REZEKI YANG HALAL✿




Sesungguhnya ajaran Islam tidak melarang kita hidup dengan harta berlimpah. Bahkan diperintahkan untuk berusaha dan bekerja keras, berlomba-lomba menjemput rezeki yang halal. Hanya saja dalam mengusahakan dan memanfaatkan harta, dalam rangka mencari keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan berada dalam rambu-rambu koridor nilai-nilai kebenaran.

Kita yakini bersama bahwa Islam adalah agama yang sempurna ajarannya universal (menyeluruh). Mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, baik aqidah,akhlaq, maupun muamalah,yaitu segala aktifitas dalam kegiatan ekonomi dimasyarakat luas, dengan demikian sebagai muslim yang bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala harus berupaya menjadikan muamalahnya sebagai amal shaleh.

Sumber rezeki sangatlah luas dari bentangan bumi, di setiap jengkal hamparan bumi dan laut adalah tempat mengais rezeki,karena itu Islam tidak pernah melarang umatnya untuk berikhtiar mengais rezeki dunia. Karena dengan harta yang dimiliki akan leluasa beramal ibadah sesuai dengan diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman :

"Apabila telah ditunaikan Shalat, maka Bertebaranlah kalian di muka bumi, dan carilah karunia ALLAH sebanyak-banyaknya dan ingatlah ALLAH banyak-banyak agar kamu beruntung." (Q.S Al-Jum'ah : 10).

Bekerja adalah Ibadah ghairu mahdhah, yaitu ibadah yang di samping sebagai hubungan hamba dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala, juga merupakan hubungan atau interaksi antara hamba dengan makhluk lainnya .

Kedudukan seorang suami sebagai kepala dan pemimpin keluarga, bekerja demi kemaslahatan,ketenangan,kemajuan dan menafkahi keluarganya adalah mendapat kedudukan yang mulia.

“Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu’Bahwa ketika baru pulang dari perang tabuk’Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam’ditemui Sa’ad bin Mua’adz Al Anshari dan dia berjabat tangan dengan Rasulullah, Rasulullah melihat tangan Sa'ad bin Mua’adz yang kulitnya kehitam-hitaman dan melepuh seperti terpanggang, Kemudian Rasulullah bertanya’..apa yang terjadi dengan Tanganmu?’Sa’ad menjawab?’Wahai Rasulullah ,’aku menggunakan seuatas tali dan mengolah tanah dengan cangkul, untuk menafkahi keluargaku dengan halal‘Sehingga tanganku tebal dan kasar’’Rasulullah pun mencium tangan Sa’ad bin Mua’adz Al Anshari (sebagai penghormatan)’Seraya berkata ‘Tangan ini tidak pernah disentuh api neraka”.

Makna yang terkandung di atas mengindikasikan bahwa Rasulullah Shallalla hu Alaihi wa Sallam menganjurkan kita umatnya bahwa bekerja keras dengan tangan sendiri merupakan tangan yang dicintai oleh Allah Subhanahu wa Tala’ala yang akan membawanya menuju surga.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Bersabda :

“Tidaklah seseorang memakan sebuah makanan lebih baik dari makanan yang ia peroleh dengan tanganya sendiri.Dahulu Nabi Daud Alaihi Salam makan dari hasil kerja tanganya sendiri.” (HR. Bukhari).

“Dari Abu Abdullah Az Zubair bin Al Awwam Radhiyallahu Anhu., Ia Berkata : Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :” Sungguh sekiranya salah seorang di antara kalian mengambil beberapa utas tali, kemudian pergi ke gunung dan kembali dengan memikul seikat kayu bakar dan menjualnya, kemudian dengan hasil itu ALLAH mencukupkan kebutuhan hidupmu, itu lebih baik daripada meminta-minta kepada sesama manusia, baik mereka memberi ataupun tidak.” (HR. Bukhari)

Sebagaimana kita maklumi bersama bahwa dunia adalah tempat kita bercocok tanam. Sedangkan akhirat adalah tempat kita menuai hasil. Islam telah menuntun kita umatnya agar tidak memisahkan antara amal dunia dan amal akhirat.Sebab amal dunia dengan sendirinya akan mejadi amal ibadah, dan akan menuai ganjaran pahala untuk akhirat,asalkan bila diberengi niat ikhlas mengharap keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Manusia terlahir di dunia telah dilengkapi akal dan pikiran oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala berupa bekal untuk melakukan segala tindakan yang dikendalikan oleh akal, dengan kemampuan berpikirnya mencapai tujuan mulia. Dengan potensi akal pikiran inilah manusia mampu mewujudkan keahlian dan karyanya yang menjadi jalan untuk menjemput rezekinya masing-masing.

Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman :

“Dan setiap umat mempunyai kiblat (sendiri) yang ia menghadap kepadanya, maka berlomba-lombalah dalam berbuat Kebaikan.”(QS. Al Baqarah : 148).

Pada hakikatnya rezeki sudah ditentunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada setiap manusia dan semua mahluk yang ada di alam semesta dan tidak perlu ada kekhawatiran akan tertukar rezekinya dengan orang lain.Karena semua sudah diatur oleh-Nya.

Untuk menggapainyapun tentulah dengan menjemputnya disertai Doa,ikhtiar dan tawakal, karena rezeki tidak datang sendirinya .Tentunya harus dengan usaha yang maksimal dan dengan cara halal.Halal dalam arti ketika menyongsongnya tidak menyimpang dari aturan Islam tidak berlaku curang, apalagi merampas hak orang lain.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Bersabda :

“Mencari Rezeki yang Halal itu wajib sesudah menunaikan yang fardhu (seperti shalat, shaum/puasa dan sebagainya).” (HR. Ath Thabrani dan Al-Baihaqi)

Rezeki yang halal yang diusahakan melalui cara yang halal tentunya akan menghadirkan ketenangan dan ketentraman dalam jiwa. Hidup akan lebih terarah dan menjadikan pintu-pintu keberkahan terbuka semakin lebar. Karena dengan keberkahan rezeki yang halal akan terus berkembang dan bermanfaat dalam kebaikan.

Perlu diketahui bahwa rezeki tidak hanya dalam bentuk materi, rezeki bisa berupa nikmat sehat,diberi keturunan sholeh dan sholehah,dan lain sebagainya.Demikian halnya ketika seseorang memiliki rezeki harta yang sedikit haruslah mesyukuri atas nikmat Allah Subhanu wa Ta’ala’dan diterimanya dengan penuh qanaah dan dipergunakan dalam kebaikan maka rezeki itu akan berlipat ganda.

Walaupun rezeki berupa harta yang dimiliki adalah halal,namun Allah Subhanahu wa Ta’ala’ melarang kita memboroskan harta, dan menganjurkan memberikan harta kepada yang berhak menerimanya, dan meyedekahkan sebagian kepada saudara-saudara kita yang kurang beruntung antara lain ;kaum dhuafa dan fakir miskin,dan hendaklah kita mebelanjakan harta untuk melakukan kebaikan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman :

“Dan Berikanlah haknya kepada keluarga-keluarga dekat, juga kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan. Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. “Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara-saudara syaithan…....”(QS. Al Isra : 26-27).

“Hai sekalian manusia, Makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaithan, karena sesungguhnya syaithan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”(QS. Al Baqarah : 168)

Demikian sekelumit sketsa sederhana mengenai menjemput rezeki yang halal dan memperolehnya dengan cara halal.Karena bekerja adalah merupakan ibadah dan menempati posisi yang mulia dalam ajaran Islam. Sesungguhnya rezeki tidak datang dengan sendirinya. Kita perlu mengusahakan secara maksimal melalui doa,ikhtiar dan tawakkal untuk menyongsongnya.

Sahabat-sahabat yang di Rahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala, . Mudah-mudahan manfaat buat kita semua,yang benar haq semua datang-Nya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala,Yang kurang dan khilaf mohon sangat dimaafkan ’’Akhirul qalam “Wa tawasau bi al-haq Watawa saubil shabr “.Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala . senantiasa menunjukkan kita pada sesuatu yang di Ridhai dan di Cintai-Nya..Aamiin Allahuma AAmiin…

❀.•❤•Walhamdulillah Rabbil’alamin •❤•.❀


Catatan oleh : Kak Abdul Haris Muenthazzar