Selasa, 19 April 2011

Surat dari Imam Ali Untuk Para Penguasa

Jadikanlah kekuasaanmu yang sangat pada segala sesuatu yang paling dekat dengan kebenaran, paling luas dalam keadilan, dan paling meliputi kepuasan rakyat banyak. Sebab, kemarahan rakyat banyak mampu mengalahkan kepuasan kaum elit. Adapun kemarahan kaum elit dapat diabaikan dengan adanya kepuasan rakyat banyak. Sesungguhnya rakyat yang berasal dari kaum elit ini adalah yang paling berat membebani wali negeri dalam masa kemakmuran: paling sedikit bantuannya di masa kesulitan; paling membenci keadilan; paling banyak tuntutannya, namun paling sedikit rasa terimakasihnya bila diberi; paling lambat menerima alasan bila ditolak; dan paling sedikit kesabaranya bila berhadapan dengan berbagai bencana.

Seburuk-buruk menterimu adalah mereka yang tadinya juga menjadi menteri orang-orang jahat yang telah berkuasa sebelummu, yang bersekutu dengan mereka dalam dosa dan pelanggaran. Maka jangan kau jadikan mereka sebagai kelompok pendampingmu, sebab mereka adalah pembantu-pembantu kaum durhaka, dan saudara-saudara kaum yang aniaya.

Kemudian pilihlah untuk jabatan sebagai hakim orang-orang yang paling utama diantara rakyatmu, yang luas pengetahuannya dan tidak mudah dibangkitkan emosinya oleh lawanya. Tidak berkeras kepala dalam kekeliruan dan tidak segan kembali kepada kebenaran bila telah mengetahuinya. Tidak tergiur hatinya oleh ketamakan. Tidak merasa cukup dengan pemahaman yang hanya di permukaan saja, tetapi ia berusaha memahami sesuatu sedalam-dalamnya. Mereka yang paling segera berhenti, karena berhati-hati, bila berhadapan dengan keraguan. Yang paling bersedia menerima argumen-argumen yang benar dan yang paling sedikit rasa kesalnya bila didebat oleh lawan. Yang paling sabar menyelidiki semua urusan dan yang paling tegas beroleh kejelasan tentang penyelesainya.

Untuk kaum fakir miskin dan Kaum Lemah jangan kau lalaikan mereka. Jangan sekali-kali kau disibukkan oleh kemewahan. Dan jangan beranggapan bahwa kau tidak akan dituntut apabila melalaikan yang remeh semata-mata disebabkan kau telah menyempurnakan berbagai urusan yang besar lagi penting. Curahkanlah perhatianmu pada mereka dan jangan sekali-kali kau palingkan wajahmu dari mereka. Telitilah juga hal ihwal orang-orang yang tidak dapat mencapaimu disebabkan kehinaan mereka di mata orang banyak. Tugaskanlah beberapa orang kepercayaanmu-yang bersahaja dan tawadhu-untuk meneliti keadaan orang-orang itu. Kemudian penuhilah kewajibanmu terhadap mereka sehingga kaudapat mempertanggung-jawabkan kelak, pada saat perjumpaanmu dengan Allah SWT. Ingatlah apa yang dinyatakan oleh Rasulullah saw: Tidak akan tersucikan suatu ummat selama si lemah tidak dapat menuntut dan memperoleh kembali haknya dari si kuat tanpa rasa takut dan cemas.

(Sumber: Muhammad al Baqir, Mutiara Nahjul Balaghah, Mizan 1999)








Ucapan-ucapan pilihan yang diucapkan oleh Fathimah as.


Ucapan-ucapan suci pilihan yang pernah diucapkan oleh Fathimah as. dan telah diriwayatkan Ahlussunnah Wal Jamaah dan Syiah. Dengan mengambil ilham dari ucapan-ucapan suci tersebut diharapkan cahaya hikmah akan terpancar dalam lubuk kalbu kita dan akan menjadi penerang jalan bagi kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari:
1. Kedudukan Ahlul Bayt a.s. di sisi Allah
“Panjatkanlah puja kepada Dzat yang karena keagungan dan cahaya-Nya seluruh penduduk langit dan bumi mencari perantara untuk menuju kepada-Nya. Kami adalah perantara-Nya di antara makhluk-Nya, kami adalah orang-orang keistimewaan-Nya dan tempat menyimpan kesucian-Nya, kami adalah hujjah-Nya berkenaan dengan rahasia ghaib-Nya, dan kami adalah pewaris para nabi-Nya”.

2. Segala yang memabukkan adalah haram
Rasulullah SAWW pernah bersabda kepadaku: “Wahai kekasih ayahnya, segala yang memabukkan adalah haram, dan segala yang memabukkan adalah khamar”.

3. Wanita terbaik
“Yang baik bagi wanita, hendaknya ia tidak melihat laki-laki dan laki-laki tidak melihatnya”.

4. Hasil ibadah yang disertai ikhlas
“Orang yang menghadiahkan kepada Allah ibadahnya yang murni, maka Ia akan menurunkan kepadanya kemaslahatannya yang terbaik”.

5. Kedudukan Siti Fathimah a.s.
Rasulullah SAWW bersabda: “Kerelaan Fathimah adalah kerelaanku dan kemurkaannya kemurkaanku. Barang siapa mencintai Fathimah putriku, maka ia telah mencintaiku, barang siapa yang membuatnya rela, maka ia telah membuatku rela, dan barang siapa membuatnya murka, maka ia telah membuatku murka”? 6. Umat yang paling burukFathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW bersabda: “Umatku yang terburuk adalah mereka yang berlimpahan nikmat, makan makanan yang berwarna-warni, memakai pakaian yang beraneka ragam dan mengucapkan segala yang diinginkan”.

7. Kapan seorang wanita lebih kepada Allah?
Fathimah a.s. bercerita: Rasulullah SAWW pernah bertanya kepada para sahabat mengenai wanita apakah dia? “(Wanita adalah) sebuah rahasia (yang harus dijaga)”, jawab mereka pendek. “Kapankah ia lebih dekat kepada Tuhannya?”, tanya Rasulullah SAWW kembali. Mereka tidak dapat menjawab. Ketika ia (Fathimah a.s.) mendengar hal itu, spontan ia menjawab: “Ketika ia berada di dalam rumahnya”. “Fathimah a.s. adalah penggalan tubuhku”, sabda Rasulullah SAWW menimpali.

8. Buah mengirimkan shalawat kepada Fathimah a.s.
Fathimah a.s. berkata: Rasulullah SAWW pernah berkata kepadaku: “Wahai Fathimah, barang siapa bershalawat kepadamu, maka Allah akan mengampuni (dosa-dosanya) dan mengumpulkannya denganku di surga”.

9. Imam Ali a.s. adalah seorang panutan dan pemimpin
Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW bersabda: “Barang siapa yang menganggap aku sebagai walinya, maka Ali adalah walinya, dan barang siapa yang menganggap aku sebagai imamnya, maka Ali adalah imamnya”.

10. Hijab Fathimah a.s.
Suatu hari Rasulullah SAWW bertamu ke rumah Fathimah a.s. dengan membawa seorang buta. Ia langsung menutup dirinya dengan hijab supaya tidak dilihat oleh orang tersebut. Rasulullah SAWW langsung bertanya: “Mengapa engkau menutupi dirimu dengan hijab padahal ia tidak dapat melihatmu?”
“Jika ia tidak dapat melihatku, aku yang dapat melihatnya. Ia dapat mencium aroma badanku”, jawabnya.
“Aku bersaksi bahwa engkau adalah pengalan tubuhku”, jawab Rasulullah SAWW menimpali.

11. Sebuah konsep hidup yang sempurna
Fathimah a.s. berkata: (Pada suatu malam) Rasulullah SAWW pernah bertamu ke rumahku dan aku sudah naik ke ranjang untuk tidur malam. Ia berpesan: “Wahai Fathimah, janganlah engkau tidur kecuali setelah melakukan empat hal: mengkhatamkan Al Quran, menjadikan para nabi a.s. sebagai pemberi syafaatmu, menjadikan mukminin rela terhadap dirimu dan melaksanakan haji dan umrah”.

Setelah berkata demikian, ia langsung melaksanakan shalat. Aku sabar menunggunya hingga ia menyelesaikan shalatnya. Setelah menyelesaikan shalatnya, aku bertanya: “Wahai Rasulullah, engkau memerintahkanku untuk melaksanakan empat hal yang tidak mungkin dapat kukerjakan dalam kondisi seperti ini?”

Ia tersenyum seraya berkata: “Jika engkau membaca ‘qul huwallaahu ahad’ (maksudnya membaca surah al-ikhlash — pen.) sebanyak tiga kali, maka kamu telah mengkhatamkan Al Quran, jika engkau bershalawat kepadaku dan kepada para nabi sebelumku, maka kami akan memberikan syafaat kepadamu pada hari kiamat, jika engkau beristigfar untuk mukminin, maka mereka akan rela terhadapmu, dan jika engkau membaca ‘subhaanallaah wal hamdulillaah walaa ilaaha illallaah wallaahu akbar’ engkau telah mengerjakan haji dan umrah”.

12.Kerelaan suami
Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW bersabda: “Celakalah seorang istri yang membuat suaminya marah dan kabar gembira bagi seorang istri yang suaminya rela terhadapnya”.

13.Manfaat cincin akik
Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW bersabda: “Barang siapa yang selalu memakai cincin akik, maka ia akan selalu melihat kebaikan”.

14.Ali a.s. adalah pemecah problema yang terbaik
Fathimah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW pernah bercerita: Sekelompok malaikat pernah bertengkar tentang suatu masalah. Kemudian mereka meminta seorang penengah dari bangsa manusia. Allah mewahyukan kepada mereka agar memilih siapa yang mereka sukai. Akhirnya mereka memilih Ali bin Abi Thalib a.s.

15.Wanita penghuni neraka
Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW bercerita tentang pengalamannya setelah melihat penduduk neraka: “Wahai putriku, wanita yang digantung dengan rambutnya itu adalah wanita yang tidak menutupi rambutnya dari pandangan laki-laki, wanita yang digantung dengan lidahnya adalah wanita yang suka mengganggu suaminya. Adapun wanita yang berkepala babi dan berbadan keledai adalah wanita yang suka mengadu domba dan pembohong, dan wanita yang berbadan anjing adalah wanita penyanyi dan penghasut”.

16.Syarat-syarat orang yang berpuasa
“Orang yang sedang menjalankan puasa jika tidak menjaga mulut, telinga, mata dan seluruh anggota badannya, maka ia tidak termasuk kategori orang yang berpuasa”.

17.Muslim pertama dan yang paling alim
Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW bersabda: “Suamimu (Imam Ali k.w.) adalah orang yang paling alim, orang yang pertama masuk Islam dan orang yang paling penyabar”.

18.Menolong keturunan Rasulullah SAWW
Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW bersabda: “Jika seseorang pernah menolong seorang dari keturunanku dan ia belum membalasnya, maka aku yang akan membalasnya”.

19. Ali a.s. dan para pengikutnya
Fathimah a.s. berkata: “Ayahku melihat Ali a.s. seraya berkata: “Orang ini (Imam Ali k.w.) dan para pengikutnya adalah penghuni surga”.

20. Para pengikut Ali a.s. di hari kiamat
Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW bersabda: “Wahai Abal Hasan, engkau dan para pengikutmu adalah penghuni surga”.

21. Al Quran dan ‘itrah dalam ucapan Rasulullah SAWW
Fathimah a.s. bercerita: Aku pernah mendengar ayahku berpesan ketika ia sedang menunggu ajal tiba dan kamarnya dipenuhi oleh para sahabat: “Wahai manusia, tidak lama lagi aku harus pergi meninggalkan kalian dan sebelum ini telah kusampaikan sebuah pesan sebagai hujjah terakhir bagi kalian. Ingatlah baik-baik, aku tinggalkan bagi kalian kitab Tuhanku dan Ahlul Baytku”. Kemudian mengangkat tangan Ali a.s. seraya berseru: “Inilah Ali. Ia akan selalu bersama Al Quran dan Al Quran juga akan selalu bersamanya. Keduanya tidak akan pernah berpisah hingga mereka datang menghadapku di telaga surga. Oleh karena itu, aku akan menanyakan kalian bagaimana kalian memperlakukan keduanya”.

22. Mencuci Tangan
Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW bersabda: “Janganlah menyalahkan kecuali dirinya sendiri orang yang hendak tidur malam sedangkan tangannya masih berlumuran debu”.

23. Balasan bagi orang yang selalu berwajah ceria
“Selalu berwajah ceria akan membawa seseorang masuk surga”.

24. Konsekuensi berumah tangga
“Wahai Rasulullah, tanganku telah mengapal karena setiap hari aku harus membuat tepung dan membuat adonan roti”.

25. Bahaya kikir
Fathimah a.s. berkata: Rasulullah pernah berpesan kepadaku: “Jauhilah sifat kikir, karena kikir adalah sebuah penyakit yang tidak akan menjangkiti orang dermawan. Jauhilah sifat kikir, karena sifat kikir adalah sebuah pohon di neraka yang ranting-rantingnya menjulur ke dunia. Barang siapa yang berpegang teguh kepada sebatang rantingnya (di dunia), maka tangkai tersebut akan menyeretnya ke dalam neraka”.

26. Pahala kedermawanan
Fathimah a.s. berkata: Rasulullah SAWW pernah berpesan kepadaku: “Peganglah sifat kedermawanan, karena sifat itu adalah sebuah pohon di surga yang ranting-rantingnya menjulang ke bumi. Barang siapa yang berpegangan dengan sebatang tangkainya (di dunia), maka tangkai tersebut akan menuntunnya menuju surga”.

27. Pahala mengucapkan salam kepada Rasulullah SAWW dan Fathimah a.s.
Fathimah a.s. berkata: Rasulullah SAWW pernah bersabda kepadaku: “Barang siapa yang mengucapkan salam kepadaku dan kepadamu selama tiga hari berturut-turut, maka ia berhak mendapatkan surga”.

28. Senyum yang penuh rahasia
Aisyah bercerita: Ketika Rasulullah SAWW sedang sakit parah, ia memanggil putrinya seraya membisikkan sesuatu di telinganya. Fathimah a.s. menangis. Kemudian ia membisikkan sesuatu untuk kedua kalinya. Fathimah a.s. tersenyum. Setelah itu aku bertanya kepadanya tentang hal itu. Ia menjawab: “Tangisku karena Rasulullah SAWW memberitahu kepadaku bahwa ia akan segara meninggal dunia, dan senyumku karena ia memberitahu kepadaku bahwa aku adalah orang pertama yang akan menyusulnya”.

29. Rasulullah SAWW adalah ayah bagi keturunan Fathimah a.s.
Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW bersabda: “Sesungguhnya Allah telah menjadikan setiap keturunan yang berasal dari seorang ibu sebagai keluarga yang berhubungan nasab langsung dengannya kecuali keturunan Fathimah. Karena aku adalah wali mereka (dan nasab mereka menyambung kepadaku)”.

30. Kebahagiaan sejati
Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW bersabda: “Jibril mewahyukan kepadaku bahwa orang yang sesungguhnya bahagia adalah orang yang mencintai Ali, baik pada masa hidupku maupun setelah wafatku”.

31.Rasulullah SAWW dan Ahlul Bayt a.s.
Fathimah a.s. bercerita: Suatu hari aku bertamu ke rumah Rasulullah SAWW. Ia membentangkan sehelai kain seraya berkata kepadaku: “Duduklah di atasnya”. Tak lama kemudian Hasan masuk. Rasulullah SAWW berkata kepadanya: “Duduklah bersama ibumu”. Selang beberapa waktu Husein masuk. Ia berkata kepadanya: “Duduklah bersama mereka berdua”. Kemudian Ali masuk. Ia berkata kepadanya: “Duduklah bersama mereka”. Setelah itu Rasulullah SAWW melipat kain tersebut sehingga menutupi kami seraya berkata: “Mereka adalah dariku dan aku dari mereka. Ya Allah, ridhailah mereka sebagaimana aku ridha atas mereka”.

32. Doa Rasulullah SAWW ketika masuk dan keluar dari masjid
Ketika masuk masjid, Rasulullah SAWW selalu membaca doa “Bismillaah, allaahumma shalli ‘alaa Muhammad waghfir dzunuubii waftah lii abwaaba rahmatik”, dan ketika keluar dari masjid, ia membaca doa “Bismillaah, allaahumma shalli ‘alaa Muhammad waghfir dzunubii waftah lii abwaba fadhlik”.

33.Keutamaan waktu antara fajar hingga matahari terbit
Fathimah a.s. bercerita: Suatu pagi Rasulullah lewat di sampingku ketika aku sedang berbaring hendak tidur pagi. Ia menggerakkanku dengan kakinya seraya berkata: “Wahai putriku, bangunlah, saksikanlah rezeki Tuhanmu dan janganlah engkau termasukdalam golongan orang-orang yang lupa. Karena Allah akan membagi rezeki manusia di antara waktu fajar dan matahari terbit”.

34.Orang sakit berada di bawah lindungan Allah
Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW bersabda: “Ketika seorang hamba sakit, Allah mewahyukan kepada para malaikat: “Bebaskanlah dia dari taklif selama ia menjadi tanggungan-Ku. Karena Akulah yang menahannya (dengan jalan menyakitkannya) sehingga Aku mencabut nyawanya atau menyembuhkannya”. Ayahku sering berkata: “Allah mewahyukan kepada para malaikat: “Tulislah bagi hamba-Ku ini sebanyak pahala amalan yang dikerjakannya pada waktu ia sehat”.

35. Menghormati orang lain
Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW bersabda: “Orang yang baik di antara kalian adalah orang yang paling luwes bergaul dengan orang-orang sekitarnya dan yang paling pengertian terhadap istrinya”.

36. Pahala membebaskan budak
Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW bersabda: “Barang siapa yang membebaskan seorang budak mukmin, maka ia akan terbebaskan dari api neraka”.

37. Waktu terkabulnya doa
Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW bersabda: “Pada hari Jumat terdapat sebuah waktu yang jika seorang hamba berdoa demi kebaikan di dalamnya, niscaya Allah akan mengabulkannya. (Waktu itu) adalah menjelang matahari terbenam”.

38. Meremehkan shalat
Fathimah a.s. berkata: Aku pernah bertanya kepada ayahku berkenaan dengan orang yang meremehkan shalat, baik laki-laki maupun wanita. Ia bersabda: “Barang siapa yang meremehkan shalat, baik laki-laki maupun wanita, Allah akan menimpakan atasnya lima belas macam bala:
Allah akan menghilangkan berkah dari umurnya.
Allah akan menghilangkan berkah dari rezekinya.
Allah akan memusnahkan tanda-tanda orang saleh dari wajahnya.
Setiap amalan yang diamalkannya tidak akan diberi pahala.
Doanya tidak akan naik ke langit (baca : tidak dikabulkan).
Doa orang-orang saleh tidak akan meliputinya.
Ia akan meninggal dunia terhina.
Ia akan meninggal dunia kelaparan.
Ia akan meninggal dunia kehausan. Seandainya ia minum seluruh air sungai yang berada di dunia ini, niscaya dahaganya tidak akan sirna.
Allah akan mengutus malaikat yang siap menakut-nakutinya di dalam kubur.
Kuburannya akan terasa sempit dan hanya kegelapan yang akan menyelimutinya.
Allah akan mengutus malaikat yang akan menyeretnya dalam keadaan tengkurap dengan disaksikan oleh para makhluk (yang lain).
Ia akan dihisab dengan hisab yang berat.
Allah tidak akan sudi melihat wajahnya (baca : berpaling darinya), dan
Allah tidak akan menyucikannya, dan baginya siksaan yang pedih”.

39. Kekalahan para lalim
Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW bersabda: “Jika dua pasukan yang zalim saling berperang, Allah akan membiarkan mereka dan tidak penting bagi-Nya pasukan mana yang akan menang. Dan jika dua pasukan zalim saling berperang, maka kekalahan akan dialami oleh pasukan yang terzalim”.

40. Cuplikan khotbah Fathimah a.s.
Fathimah a.s. pernah melantunkan sebuah khotbah terkenalnya di masjid yang cuplikannya adalah sebagai berikut: “Allah menciptakan iman demi menyucikan kalian dari kemusyrikan, mewajibkan shalat demi membersihkan kalian dari sifat congkak, mewajibkan zakat demi menyucikan jiwa dan menambah rezeki, mewajibkan puasa demi memperkokoh ikhlas (dalam jiwa kalian), mewajibkan haji demi memperkokoh agama, menganjurkan (bertindak) adil demi mematri kalbu, mewajibkan taat kepada kami demi teraturnya masyarakat, memproklamirkan keimamahan kami demi menjaga umat dari berpecah-belah, mewajibkan jihad demi memuliakan Islam, menganjurkan kesabaran demi membantu mendapatkan pahala, mewajibkan amar ma’ruf demi menjaga kemaslahatan umum, memerintahkan berbuat baik kepada orang tua demi menghindari kemurkaan-Nya, menganjurkan silaturahmi demi memperbanyak jumlah saudara, mewajibkan qishash demi menjaga pertumpahan darah, mewajibkan melaksanakan nazar demi memperoleh pengampunan, mewajibkan menyempurnakan timbangan demi mengikis habis sifat curang dalam jual beli, melarang meminum khamar demi membersihkan (umat) dari kekotoran (jiwa), melarang menuduh (orang lain) demi menghindarkan dari laknat, melarang mencuri demi mewujudkan harga diri, mengharamkan kemusyrikan demi terwujudnya ikhlas (dan pengakuan) terhadap ketuhanan-Nya. Oleh karena itu, bertakwalah kepada Allah dengan sesungguhnya, janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan muslim dan taatilah Dia sesuai dengan perintah dan larangan-Nya, karena hanya orang-orang alim yang akan takut kepada-Nya”.





MENJADI WANITA PERTAMA....



Wanita Pertama Masuk Syurga

Saidatina Fatimah az-Zahra adalah satu-satunya puteri Rasulullah SAW yang menghasilkan zuriat untuk meneruskan kesinambungan keturunan baginda. Saidatina Fatimah berkahwin dengan Saidina Ali bin Abi Thalib dan dikurniakan dua putera iaitu Hassan dan Hussein.

Pada suatu hari, Rasulullah SAW membicarakan mengenai kenikmatan syurga dan orang-orang yang tinggal di dalamnya. Lalu baginda ditanya oleh Fatimah, siapakah wanita pertama masuk ke syurga. Maka baginda pun menjelaskan: “Wahai anakanda! Wanita pertama yang akan masuk ke syurga hanyalah seorang perempuan biasa dan kehidupannya amat sederhana.”

Mendengar kata-kata Rasulullah itu maka air muka puteri Rasulullah SAW itu terus berubah. Lalu dikatakanya kepada ayahandanya: “Lantas, siapakah wanita itu wahai ayahandaku? Macamana halnya dan bagaimana amalanya sehingga dia dapat terlebih dahulu masuk ke syurga daripada anakanda?”. Lalu Rasulullah SAW menyarankan puterinya itu untuk menziarahi rumah wanita tersebut yang terletak di Jabal Uhud.

Saidatina Fatimah kemudian keluar untuk mencari wanita yang dikatakan akan masuk ke syurga terdahulu daripadanya itu. Setibanya di rumah wanita tersebut, beliau pun mengetuk pintu rumah tersebut. Wanita dari dalam rumah keluar sambil bertanyakan hajat kedatanganya, tetapi tidak pula dijemput Saidatina Fatimah masuk ke dalam rumahnya.

Saidatina Fatimah menyatakan bahawa kedatanganya adalah untuk berjumpa dan berkenalan denganya. Wanita itu menjawab : “Terima kasih puan. Tetapi saya tidak dapat membenarkan puan masuk kerana suami saya tiada di rumah. Nanti saya minta izin daripadanya apabila dia balik. Silalah datang pada esok hari.”

Saidatina Fatimah pulang ke rumah dengan perasaan sedih dan hampa kerana tidak dapat bercakap panjang dengan wanita itu. Keesokan harinya, Saidatina Fatimah datang lagi bersama dengan anaknya Hassan.

Sebaik sahaja tiba di rumah itu, wanita dari dalam rumah tersebut membuka pintu. Namum belum sempat Saidatina Fatimah dipersilakan masuk, wanita tersebut terlihat anak lelaki puteri Rasulullah itu turut ada bersama, lantas wanita tersebut melarang Fatimah untuk menjejak masuk ke dalam rumahnya. Saidatina Fatimah menjelaskan bahawa kanak-kanak lelaki tersebut adalah anak lelaki nya, Hassan. Lalu wanita tersebut berkata : “Maaf puan, saya meminta izin daripada suami saya hanya untuk puan sahaja masuk, tidak termasuk budak lelaki ini sekali.”

Saidatina Fatimah serba salah, kerana jikalau hendak pulang ke rumah semula jauh. Hendak masuk ke rumah wanita tersebut, tidak mendapat keizinan dari wanita tersebut. Akhirnya Saidatina Fatimah mengambil keputusan untuk pulang ke rumah juga.

Keesokan harinya, Saidatina Fatimah datang lagi dengan membawa kedua-dua puteranya Hassan dan Hussein. Namun kehadiran Saidatina Fatimah kali ini benar-benar membuatkan wanita itu terkejut besar apabila mendapati ada seorang lagi budak lelaki yang belum diminta keizinan dari suaminya untuk masuk. Saidatina Fatimah terpaksa pulang dengan hampa untuk kali yang ketiga.

Setelah si suami pulang, wanita itu memberitahu tentang kehadiran puteri Rasulullah bersama-sama dengan cucu baginda sekali iaitu Hassan dan Hussein. Si suami sangat terkejut dan berkata : “Kenapa awak tidak membenarkan mereka masuk? Bukankah Saidatina Fatimah itu puteri Rasulullah s.a.w dan dua orang anaknya itu cucu Rasulullah? Sepatutunya awak membenarkan ,mereka masuk, kerana keselamatan kita berdua kelak bergantung kepada keredhaanya (Rasulullah s.a.w). Selepas ini, jika merek datang ke sini lagi dengan membawa apa pun siapa pun, terimalah dengan sebaik-baiknya dan hormatilah mereka dengan sebagaimana yang patut abgi darjat mereka.”

Kemudian wanita itu menjawab : “Baiklah. Tetapi ampunkanlah kesalahan saya kerana saya mengerti bahawa keselamatan diri saya ini bergantung pada keredhaan awak.”

Pada keesokan harinya, Saidatina Fatimah datang semula ke rumah tersebut dengan membawa kedua-dua anaknya. Mereka dilayan dengan sewajarnya dan mereka memulakan perbualan. Tiada apa yang menarik perhatian Saidatina Fatimah tentang perempuan itu. Sedang asyik berbual-bual, tiba-tiba wanita tersebut bangun dan segera mempresiapkan dirinya. Dengan penampilan mengghairahkan, wanita itu berdiri di muka pintu rumahnya sambil memandang ke arah jalan seolah-olah sedang menanti kedatangan seseorang. Di sebelah tangannya memegang tongkat dan sebelah lagi memegang segelas air minuman. Wanita itu juga menyingsingkan kainnya dengan hujung jarinya sehingga menampakkan betis dan sedikit pehanya beserta wajah tersenyum manis.

Wanita itu langsung tidak menghiraukan Saidatina Fatimah, seolah-olah beliau tidak ada di dalam rumah tersebut. Fatimah berasa kurang senang dengan perlakuan wanita itu, lantas Fatimah bertanya kepada wanita dan inginkan penjelasan mengapa wanita tersebut berpenampilan sebegitu. Wanita itu mnjelaskan : “Puan, maafkan saya kerana tidak dapat melayan puan dengan sebaik-baiknya. Sebenarnya saya sedang menunggu suami saya yang akan pulang pada bila-bila masa sahaja dari sekarang.”

Lantas Saidatina Fatimah bertanya : “Apa gunanya tongkat dan air minuman itu wahai saudari?”.”Sekiranya suami saya dahaga sebaik sahaja sampai di rumah, saya akan segera menghulurkan minuman ini kepadanya. Tongkat ini pula untuk memudahkan dia untuk memukul saya sekiranya dia tidak berpuas hati terhadap layanan yang saya berikan kepadanya.” jawab wanita itu. Saidatina Fatimah bertanya lagi : “Kenapa pula puan menyelakkan kain sehingga menampakkan aurat? Bukankah perbuatan seperti itu haram?”

Jawab wanita itu : “Jika dia berkehendakkan saya, lalu dia pandang saya begini, tentulah menambahkan nafsu syahwatnya yang memudahkan kepada maksudnya.” Saidatina Fatimah mendengar penjelasan dari wanita itu dengan penuh hairan lantas berkata kepada dirinya sendiri : "Wanita pertama yang akan masuk ke syurga adalah Mutiah. Dia hanyalah seorang wanita biasa dan kehidupannya amat sederhana"

Fatimah pun pulang ke rumah dan terus menemui ayahandanya. Beliau berkata : “Anakanda berasa sungguh sedih kerana tidak dapat meniru dan mengamalkan tingkah laku yang ayahanda ceritakan padaku.” Rasulullah s.a.w tersenyum mendengar rintihan Saidatina Fatimah . Faham dengan perasaan puterinya itu, baginda lantas berkata : “Anakanda, janganlah terlalu bersusah hati. Wanita yang anakanda temui itu ialah wanita yang bakal memimpin dan memegang tali kerendaan tunggangan anakanda ketika masuk ke syurga. Sebab itulah dia masuk terlebih dahulu.” Mendengar penjelasan itu barulah Saidatina Fatimah tersenyum kembali.







Isnin, 18 April 2011

PESANAN IMAM SYAFIE



Aku mencintai sahabat-sahabatku dengan seluruh jiwa ragaku, seperti aku mencintai sanak saudaraku. Sahabat yang baik adalah seiring sejalan denganku dan yang menjaga nama baikku ketika aku hidup ataupun setelah aku mati.
Aku selalu berharap mendapatkan sahabat sejati yang sanggup bersamaku semasa suka dan duka. Jika aku temui, aku berjanji akan selalu setia kepadanya.

Aku hulurkan tangan kepada sabahat-sabahatku untuk berkenalan, kerana aku akan merasa senang. Semakin banyak aku perolehi sabahat, aku semakin yakin pada diri sendiri.

Belum pernah aku temui di dunia ini seorang teman yang setia dalam suka atau duka. Padahal hidupku sentiasa berputar antara suka dan duka. Jika duka melanda, aku sering bertanya- siapakah yang sudi menjadi temanku? Semasa aku senang, sudah biasa banyak orang akan iri hati, namun, semasa aku susah, mereka bertepuk tangan.

Aku boleh bergaul secara bebas dengan semua orang ketika senang. Namun, ketika musibah menimpaku, aku dapati mereka tidak ubah seperti roda zaman yang tidak mahu bersahabat dengan keadaan. Jika aku menjauhkan diri daripada mereka, mereka akan mencemuhku; dan jika aku sakit; tidak ada seorang pun yang sanggup menjengokku. Jika hidupku penuh kebahagiaan, banyak orang akan irihati, jika hidupku berselimut derita, mereka bersorak-sorai.

Apabila tidak aku temui teman-teman yang bertakwa, lebih baik aku hidup menyendiri daripadaku terus bergaul dengan orang-orang jahat. Duduk sendirian untuk beribadah dengan tenang adalah lebih menyenangkan daripada bersahabat dengan kawan yang mesti aku waspadai.

Tenanglah engkau dalam menghadapi perjalanan zaman ini. Dan bersikaplah seperti seorang pendeta dalam menghadapi manusia. Cucilah kedua tanganmu dari zaman tersebut dan daripada manusianya. Peliharalah cintamu terhadap mereka, kelak kau akan memperoleh kebaikan.

Sepanjang hidupku yang semakin tua, belum pernah aku temui didunia ini teman yang sejati. Aku tinggalkan orang-orang yang bodoh kerana banyak kejahatan dan aku jauhi orang-orang mulia kerana kebaikannya sedikit

Teman yang tidak dapat dimanfaatkan ketika susah lebih mendekati musuh daripada menjadi teman. Tidak ada yang abadi, dan tidak ada teman yang sejati kecuali yang menolong ketika susah.

Sepanjang hidupku, aku berjuang keras mencari teman sejati sehingga pencarianku membosankan. Aku kunjungi seribu negara, namun tidak satu negara pun yang penduduknya berhati manusia.

Dalam diri manusia itu ada dua jenis potensi; tiupan dan rayuan. Dua hal itu seperti duri jika dipegang dan ibarat bunga jika dipandang. Apabila engkau memerlukan pertolongan mereka, bersikaplah bagai api yang dapat membakar duri-duri itu.

Sesiapa yang menghormati orang lain, tentulah ia akan dihormati kerananya. Begitu juga, sesiapa yang menghina orang lain, sudah tentu dia akan tersisih. Sesiapa berbuat baik kepada orang lain, baginya suatu pahala. Begitu juga sesiapa berbuat jahat kepada orang lain, baginya seksa yang dahsyat.

Ketika aku menjadi pemaaf dan tidak mempunyai perasaan dengki, hatiku lega, jiwaku bebas dari bara permusuhan. Ketika musuhku berada dihadapanku, aku sentiasa menghormatinya. Semua itu aku lakukan agar aku dapat menjaga diriiku daripada kejahatan.

Aku tunjukkan keramahanku, kesopananku dan rasa persahabatan kepada orang-orang yang aku benci, sebagaimana aku tunjukkan hal itu kepada orang-orang yang aku cintai. Manusia adalah penyakit, dan penyakit itu akan muncul bila kita menghampiri mereka. Padahal, menjauhi mereka bererti memutuskan persahabatan.

Mudah-mudahan anjing-anjing itu dapat bersahabat denganku, kerana bagiku dunia ini sudah hampa daripada manusia. Sehina-hina anjing, ia masih dapat menunjukkan jalan untuk majikannya yang tersesat, tidak seperti manusia-manusia jahat selamanya tidak akan memberi petunjuk. Selamatkanlah dirimu, jaga lidahmu baik-baik, sudah tentu kau akan bahagia, asalkan kau hidup menyendiri.

Apabila engkau menginginkan kemuliaan orang-orang yang mulia, maka dekatilah orang yang sedang mebina rumah untuk Allah S.W.T. Hanya orang yang berjiwa mulia sahaja yang dapat menjaga nama baik dirinya, dan selalu menghormati tetamunya, baik semasa hidup mahupun setelah mati.

Jika seseorang tidak dapat menjaga nama baikmu kecuali dalam keadaan terpaksa, maka tinggalkanlah dia dan jangan banyak menaruh belas kasih kepadanya. Banyak orang lain yang dapat menjadi penggantinya. Berpisah dengannya seperti istirehat. Dalam hati masih ada kesabaran buat si kekasih, meskipun memerlukan usaha yang keras.

Tidak semua orang yang kau cintai, mencintaimu dan sikap ramahmu kadangkala dibalas dengan sikap tidak sopan. Jika cinta suci tidak datang dari tabiatnya, maka tidak ada gunanya cinta yang dibuat-buat. Tidak baik bersahabat dengan pengkhianat kerana dia akan mencampakkan cinta setelah dicintai. Dia akan memungkiri jalinan cinta yang telah terbentuk dan akan memperlihatkan hal-hal yang sebelumnya menjadi rahsia.

SELAMAT TINGGAL DUNIA JIKA DIATASNYA TIDAK ADA LAGI SAHABAT YANG JUJUR DAN MENEPATI JANJI.

(Nasihat Imam Syafie- Nasihat ketiga- Susunan Muhammad Alif Al-Zaby-1999- Terbitan Darul Iman )

IBU MITHALI YANG TERISTIMEWA




PENERIMA ketiga berjalan perlahan-lahan turun dari pentas. Di lehernya, telah terkalung pingat "Ibu Mithali". Tangan kanannya menggenggam erat satu sampul dan segulung sijil. Tangan kirinya pula memegang beberapa hadiah iringan. Anaknya setia melangkah di sisi. "Sekarang ..," suara pengacara majlis bergema kembali,"Tibalah kita kepada penerima anugerah "Ibu Mithali" yang terakhir. Penerima ini agak lain daripada yang lain dan sungguh istimewa. Untuk itu, dipersilakan Puan Afifah Rashid naik ke pentas bersama- sama Cik Nurul Humairah, untuk tampil memperkenalkan ibunya. Dipersilakan. "

Mataku tercari-cari pasangan ibu dan anak yang bakal mengambil tempat itu. Di barisan penonton paling hadapan, aku dapati seorang anak gadis berkulit hitam manis dan bertubuh tinggi lampai, sedang berusaha memujuk seorang wanita dalam lingkungan usia 60-an untuk bangun. Aneh, kenapa ibu yang seorang ini nampaknya begitu keberatan untuk naik ke pentas? Kenapa dia tidak seperti tiga orang penerima sebelumnya, yang kelihatan begitu bangga menapak naik ke pentas, sebaik sahaja mereka dijemput? Hampir lima minit kemudian, barulah tampak si anak gadis yang memakai sepasang kebarung bertanah ungu dan berbunga merah jambu serta bertudung ungu kosong, bersusah payah memimpin ibunya naik ke pentas. Ibu itu pun menduduki kerusi yang telah diduduki oleh tiga orang penerima sebelumnya. Anak gadis itu kemudiannya beredar ke pembesar suara. Dia beralih pandang kepada ibunya yang hanya tunduk memerhati lantai pentas.'Pelik sungguh ibu yang seorang ini. Lagaknya bukan lagak orang yang akan menerima anugerah. Dia tak ubah seperti seorang pesalah yang sedang menanti hukuman. Duduknya serba tak kena. Sekejap beralih ke kanan, sekejap berpusing ke kiri. Tangannya menggentel-gentel baju kurung biru muda yang dipakainya.'

Dehem si anak dalam pembesar suara membuat aku sedikit tersentak.

Tumpuanku yang sekian lama terhala ke pentas, aku alihkan pada buku notaku. Aku menconteng-conteng helaian yang masih putih bersih itu untuk memastikan penku dalam keadaan yang baik. Kemudian, aku memeriksa kameraku. Filemnya masih ada. Baterinya masih dapat bertahan.

Sempat juga aku mengerling rakan-rakan wartawan dari syarikat akhbar dan majalah lain yang duduk di kiri kananku. Nampaknya, pen sudah berada dalam tangan masing-masing. Mata mereka sudah terarah kepada ibu di atas pentas dan anak yang sudah pun memulakan bicaranya dengan bismillah dan, memberi salam.

Aku tersenyum dan mengangguk kepada rakan- rakan wartawan yang duduk semeja denganku. Tetapi, senyuman dan anggukanku sudah tidak sempat mereka balas. Aku lantas mengemaskan dudukku mencari posisi yang paling selesa.

"Pertama sekali, saya ingin memanjatkan rasa syukur ke hadrat Allah, kerana dengan izin-Nyalah saya dan, mak berada dalam majlis yang gilang-gemilang ini. Seterusnya, saya ingin merakamkan penghargaan saya kepada pihak penganjur yang telah mempertimbangkan mak saya sebagai, salah seorang penerima anugerah "Ibu Misali" tahun ini."

Suasana menjadi sunyi. Hadirin memberi tumpuan sepenuhnya kepada percakapan gadis itu. "Sebetulnya, ketika saya kecil, saya memang membenci mak. Darjah kebencian itu meningkat setelah saya mendapat tahu Puan Afifah hanyalah mak angkat saya. Pada masa yang sama, saya merasakan sayalah anak yang paling malang , disisihkan oleh ibu sendiri, dan diperhambakan pula oleh mak angkat untuk membantu menjaga anak-anak kandungnya"

"Membantu menjaga anak- anak kandungnya? Mungkin, persoalan itu sedang pergi balik dalam benak tuan-tuan dan puan-puan sekarang. Persoalan itu pasti akan terjawab sebentar lagi, apakala saya mempertontonkan rakaman video yang memaparkan kehidupan anak-anak kandung mak. Sebelum itu, saya harus menegaskan bahawa anak-anak yang bakal hadirin lihat nanti bukan terdiri daripada doktor, peguam, jurutera, pensyarah, ahli perniagaan, pemimpin masyarakat, dan guru, seperti mana anak ketiga-tiga "Ibu Mithali" yang baru menerima anugerah sebentar tadi."

Suara hadirin yang kehairanan mula kedengaran."Inilah dia abang-abang dan kakak- kakak saya!" suara hadirin semakin kedengaran. Mereka tidak dapat membendung rasa kekaguman.

Yang mengeluarkan berbagai-bagai bunyi itu, Abang Long. Yang sedang merangkak ke sana ke mari itu, ialah Kak Ngah. Yang sedang mengesot keruang tamu itu, ialah Abang Alang. Yang sedang berjalan sambil berpaut pada dinding itu, ialah Kak Anjang. Yang sedang berjalan jatuh dari dapur ke dalam bilik itu, ialah Abang Andak."

"Seperti yang tuan-tuan dan puan-puan saksikan,tahap kecacatan fizikal dan mental abang-abang dan kakak-kakak saya tidak sama. Daripada yang tidak boleh bercakap dan bergerak langsung, seperti bayi yang baru lahir hinggalah kepada yang boleh berjalan jatuh dan,bercakap pelat-pelat, seperti budak berumur satu atau, dua tahun."

Hadirin yang sebentar tadi bingit suaranya kini terdiam kembali. Mereka menonton video yang sedang ditayangkan itu dengan khusyuknya.

"Untuk pengetahuan semua, abang-abang dan kakak-kakak saya, telah menjangkau usia 20-an dan, 30-an. Namun, meskipun telah dilatih dengan sungguh-sungguh, mereka masih belum pandai mengurus makan minum dan berak kencing mereka sendiri. Lihatlah betapa sukarnya mak hendak melayan makan dan, pakai mereka."

"Sewaktu saya berusia enam atau, tujuh tahun, saya sering mencemburui abang-abang, dan kakak-kakak kerana mereka, mendapat perhatian istimewa daripada mak. Saya iri hati melihat mak memandikan mereka. Saya sakit hati melihat mak menyuap mereka. Sedang saya disuruh buat semua itu sendiri."

"Mirah dah besar, kan ? Mirah dah boleh uruskan diri Mirah sendiri,kan ?" Lembut nada suara mak tiap kali dia memujuk saya. Namun, kelembutan itu telah menyemarakkan api radang saya "Tapi, mak tak adil!" Saya kerap membentak. "Mak buat segala-galanya untuk kakak- kakak dan abang- abang. Kalau untuk Mirah, mak selalu berkira!"

"Mirah, abang-abang dan kakak-kakak Mirah tidak secerdas Mirah. Mereka cacat!" Berkali-kali mak menegaskan kepada saya. "Sebab itulah mak terpaksa membantu mereka."

"Mereka cacat apa, mak?" Saya membeliakkan mata kepada mak."Semua anggota mereka cukup. Kaki dan tangan mereka tidak kudung. Mata mereka tidak buta. Yang betulnya, mereka malas,mak!"

"Mirah ... Mirah belum faham, sayang." Suara mak akan menjadi sayu tiap kali dia mempertahankan kakak-kakak dan abang-abang saya. Tetapi, kesayuan itu tidak pernah mengundang rasa simpati saya.

"Apabila difikirkan kembali, saya merasakan tindakan saya itu terlalu bodoh. Abang-abang dan kakak-kakak tak pernah kacau saya. Mak pun cuma sekali-sekala saja meminta bantuan saya menyuapkan mereka makan atau menukar kain lampin mereka. Itu pun saya tidak pernah ikhlas menolong.

Saya akan merungut tidak henti-henti sepanjang masa saya melakukan itu. Jika makanan yang saya suap tumpah atau jika abang-abang dan kakak-kakak terkencing atas tangan saya, ketika saya sedang menyalin kain lampin mereka, tangan saya ringan saja mencubit atau menampar mereka. Saya tahu mereka tidak pandai mengadu perbuatan jahat saya kepada mak. Ketika itu,memang saya langsung tidak punya rasa hormat kepada abang-abang dan kakak-kakak. Kepada saya, kehadiran mereka menyusahkan hidup saya."

"Hantarlah abang-abang dan kakak-kakak ke rumah kebajikan, mak."Saya pernah mengusulkan kepada mak, ketika saya berusia sepuluh tahun.

"Lepas itu, mak dan ayah boleh hidup senang-lenang macam mak dan ayah orang lain.. Mirah pun takkan rasa terganggu lagi."

"Mereka anak-anak mak, Mirah. Jadi, maklah yang patut jaga mereka,bukan petugas-petugas di rumah kebajikan." Begitu reaksi mak setiap kali saya mencadangkan hal itu.

"Saya langsung tidak menghormati, apatah lagi mengagumi pendirian mak.

Mak memang sengaja menempah masalah. Mak tidak menghargai jalan keluar yang telah sedia terentang di hadapannya."

"Rasa geram dan marah saya sampai ke puncaknya, semasa saya berusia dua belas tahun. Pada hari itu, mak demam teruk hingga tidak dapat bangun. Ayah terpaksa ambil cuti untuk membawa mak ke klinik. Lalu, saya ditinggalkan untuk menjaga abang-abang dan kakak-kakak di rumah.

Sebelum meninggalkan rumah, biarpun dalam keadaan yang lemah, berkali-kal imak sempat berpesan kepada saya, agar jangan lupa memberi abang-abang dan kakak-kakak makan, dan menukar kain lampin mereka."

Suasana dewan terus sunyi. Hadirin masih khusyuk mendengar cerita gadisitu.

"Itulah kali pertama saya ditinggalkan bersama-sama abang-abang dan kakak-kakak, selama lebih kurang lima jam. Jangka masa itu cukup menyeksakan. Kebetulan pada hari itu, abang-abang dan kakak-kakak benar-benar mencabar kesabaran saya. Entah mengapa Abang Long enggan makan. Jenuh saya mendesaknya. Abang Alang dan Kak Ngah pula asyik mencirit saja. Letih saya menukar kain lampin mereka. Abang Andak pula, asyik main air ketika saya memandikannya. Basah lencun baju saya dibuatnya. Kak Anjang pula, asyik sepahkan nasi dan tumpahkan air.

Penat saya membersihkannya. "
"Apabila mak dan ayah pulang, saya sudah seperti kain buruk, tubuh saya lunyai. Saya sudah tidak berupaya melihat muka mak dan ayah. Saya terus melarikan diri ke rumah ibu kandung saya, yang terletak di sebelah rumah mak. Begitulah lazimnya. Apabila fikiran saya terlalu kacau, saya akan ke rumah ibu untuk mencari ketenangan."

"Ibu!" Saya menerpa masuk lalu memeluk ibu."Kenapa ibu bagi Mirah kepada mak ? Kalau ya pun ibu tidak suka Mirah, bagilah Mirah padaorang lain yang lebih menyayangi Mirah, bukan mak."

"Mirah!" Ibu merangkul saya. " Kan dah berkali-kali ibu tegaskan yang ibu bagi Mirah kepada mak bukan kerana ibu tak sayang Mirah."

"Lazimnya ibu akan membuka kembali lipatan sejarah hidupnya apabila situasi itu berlaku. Ibu ialah kakak mak. Ibu sakit teruk setelah melahirkan saya. Selama berbulan-bulan ibu terlantar dihospital, mak yang telah menjaga saya. Setelah ibu sembuh, ibu dapat lihat sendiri betapa gembiranya mak dapat menjaga seorang anak normal.

Justeru, ibu tidak sampai hati hendak memisahkan kami."

"Ibu telah berasa betapa nikmatnya menjaga tujuh orang anak yang pintar dan cerdas. Jadi, biarlah nikmat itu turut dirasakan oleh mak pula dengan menjaga Mirah. Lagipun, dengan menyerahkan Mirah kepada mak, ibu masih dapat melihat Mirah membesar di hadapan mata ibu, walaupun Mirah tinggal bersama-sama mak. Dari pemerhatian ibu, ibu rasa, mak lebih menyayangi Mirah berbanding dengan anak anaknya yang lain."

"Sayang apa? Ibu tahu tak yang rumah tu macam neraka bagi Mirah? Ibu tahu tak yang Mirah ni tak ubah seperti hamba di rumah tu?"

"Jangan besar-besarkan perkara yang kecil, Mirah. Ibu tahu sekali-sekala saja mak membebankan Mirah dengan kerja-kerja rumah dan tugas menjaga abang-abang dan kakak-kakak Mirah. Itu pun Mirah buat tidak sesungguh hati. Nasi mentahlah, lauk hanguslah,abang-abang, dan kakak-kakak kena lempanglah."

"Mak adu semua kepada ibu, Ya?" Saya masih mahu berkeras meskipun saya tahu saya bersalah.
"Mak jarang-jarang mengadu keburukan Mirah kepada ibu. Ibu sendiri yang kerap mengintai Mirah dan melihat bagaimana Mirah melaksanakan suruhan mak."

"Saya tunduk. Saya sudah tidak sanggup menentang mata ibu."

"Ibu malu, Mirah. Ibu mengharapkan kehadiran Mirah di rumah mak kau itu dapat meringankan penderitaan mak.

Tetapi, ternyata kehadiran Mirah di rumah itu menambahkan beban mak."

"Saya benar-benar rasa terpukul oleh kata-kata ibu."
"Ibu rasa, apa yang telah mak beri kepada Mirah, jauh lebih baik daripada apa yang diberi kepada anak-anaknya sendiri. Mirah dapat kesekolah. Kakak-kakak dan abang-abang Mirah hanya duduk di rumah. Mirah dapat banyak pakaian cantik. Sedang anak-anak mak yang lain pakaiannya itu-itulah juga. Setiap kali Mirah berjaya dalam peperiksaan, mak sungguh gembira. Dia akan meminta ibu tolong menjaga abang-abang dan kakak-kakak kerana dia nak lihat Mirah terima hadiah."

"Saya tidak sanggup mendengar kata-kata ibu selanjutnya, bukan kerana saya tidak mengakui kesalahan saya, tetapi kerana saya benar-benar malu."

"Saya meninggalkan rumah ibu bukan kerana berasa tersisih daripada ibukandung sendiri, atau berasa kecewa sebab tidak mendapat pembelaan yang diharap- harapkan. Saya meninggalkan rumah ibu dengan kesedaran baru." "Sesampainya saya ke rumah tempat saya berteduh selama ini,saya dapati mak yang belum sembuh betul sedang melayan kerenah abang-abang dan kakak-kakak dengan penuh sabar. Saya terus menghilangkan diri ke dalam bilik kerana saya dihantui oleh rasa bersalah. Di dalam bilik, saya terus resah-gelisah. "

"Mirah," panggilan lembut mak seiring dengan bunyi ketukan dipintu bilik saya. "Mirah."
"Saya cepat-cepat naik ke atas katil dan memejam mata, pura-pura tidur."

"Sejurus kemudian, terdengar bunyi pintu bilik saya dibuka. "Mirah dah tidur rupa-rupanya! Kesian. Tentu Mirah letih menjaga abang-abang dan kakak- kakak semasa mak, ke klinik siang tadi. Maafkan mak,sayang. Mak tahu Mirah masih terlalu muda untuk memikul beban seberat itu. Tapi, keadaan benar- benar terdesak pagi tadi, Mirah. Mak janji, lain kali mak tak akan kacau Mirah lagi. Mak akan meminta ibu atau orang lain menjaga abang- abang dan kakak-kakak kalau mak terpaksa tinggalkan rumah"

Sepanjang mak berkata-kata itu, tangan mak terus mengusap-usap dahi saya.Suara mak tersekat-sekat. Saya terlalu ingin membuka mata dan menatap wajah mak ketika itu.

"Mirah, mak tahu Mirah tak bahagia tinggal bersama-sama mak."

Suatu titisan air mata gugur di atas dahi saya. Kemudian, setitik lagi gugur di atas pipi saya. Selepas itu, titisan-titisan itu kian rancak gugur menimpa serata muka dan leher saya.

"Walau apa pun tanggapan Mirah kepada mak, bagi mak, Mirah adalah segala-galanya. Mirah telah menceriakan suasana dalam rumah ini. Mirah telah menyebabkan mak berasakan hidup ini kembali berharga. Mirah telah.."

"Mak!" Saya lantas bangun lalu memeluk mak.Kemudian, tiadakata-kata yang lahir antara kami. Yang kedengaran hanyalah bunyi sedu-sedan dan esak tangis.
Peristiwa pada hari itu dan, pada malamnya telah mengubah pandangan saya terhadap mak, abang-abang dan kakak-kakak. Saya mula merenung dan menilai keringat mak. Saya mula dapat menerima keadaan kakak-kakak dan abang-abang serta belajar menghormati dan, menyayangi mereka.

Keadaan dewan menjadi begitu sunyi seperti tidak berpenghuni sejak gadis itu berbicara.

Setelah meraih kejayaan cemerlang dalam peperiksaan penilaian darjah lima ,saya telah ditawarkan untuk melanjutkan pelajaran ke peringkat menengah, disebuah sekolah berasrama penuh. Saya telah menolak tawaran tersebut.

"Kenapa Mirah tolak tawaran itu?"

"Bukankah di sekolah berasrama penuh itu Mirah boleh belajar dengan sempurna?"

"Betul tu, Mirah. Di sana nanti Mirah tak akan berdepan dengan gangguan daripada abang-abang dan kakak-kakak! "

"Mirah tak menyesal ke, kemudian hari nanti?"

Bertubi-tubi mak dan ayah menyoal. Mata mereka tidak berkelip-kelip memandang saya.

"Mak, ayah." Saya menatap wajah kedua-dua insan itu silih berganti.

"Mirah ingin terus tinggal di rumah ini. Mirah ingin terus berdamping dengan mak, ayah, abang-abang dan kakak-kakak. "

"Tapi, boleh ke Mirah buat ulang kaji di rumah? Pelajaran di sekolah menengah itu, bukannya senang." Mak masih meragui keupayaan saya.

"Insya-Allah, mak. Mirah rasa, Mirah dapat mengekalkan prestasi Mirah semasa di sekolah menengah nanti," balas saya penuh yakin.

Mak dan ayah kehabisan kata-kata. Mulut mereka terlopong. Mata mereka terus memanah muka saya. Garis-garis kesangsian masih terpamer pada wajah mereka.Sikap mak dan ayah itu telah menguatkan azam saya untuk terus menjadi pelajar cemerlang, di samping menjadi anak dan adik yang baik.

Selama di sekolah menengah, mak sedapat mungkin cuba membebaskan saya daripada kerja-kerja memasak dan mengemas rumah, serta tugas menjaga makan pakai abang-abang dan kakak-kakak kerana takut pelajaran saya terganggu. Sebaliknya saya lebih kerap menawarkan diri untuk membantu, lantaran didorong oleh rasa tanggungjawab dan timbang rasa.

Gadis yang bernama Nurul Humairah itu terus bercerita dengan penuh semangat, apabila melihatkan hadirin di dalam dewan itu mendengar ceritanya dengan penuh minat.

"Saya terpaksa juga meninggalkan rumah sewaktu saya melanjutkan pelajaran di Universiti Kebangsaan Malaysia . Di sana saya membuat pengkhususan dalam bidang pendidikan khas. Bidang ini sengaja saya pilih kerana saya ingin menabur bakti kepada segelintir pelajar yang kurang bernasib baik. Di samping itu, pengetahuan yang telah saya peroleh itu, dapat saya manfaatkan bersama untuk abang-abang dan kakak-kakak. "

"Kini, telah setahun lebih saya mengharung sukaduka, sebagai seorang guru pendidikan khas di kampung saya sendiri. Saya harus akui, segulungijazah yang telah saya miliki tidak seberapa nilainya, berbanding dengan mutiara-mutiara pengalaman yang telah mak kutip sepanjang hayatnya."

"Sekarang, saya lebih ikhlas dan lebih bersedia untuk menjaga abang-abang dan kakak-kakak. Pun begitu, hati ini sering tersentuh apabila beberapa kali saya terdengar perbualan mak danAyah."

"Apa akan jadi kepada kelima-lima orang anak kita itu lepas kita takada, bang?" suara mak diamuk pilu.

Ayah akan mengeluh, kemudian berkata, "Entahlah.Takkan kita nakharapkan Mirah pula?"

"Mirah bukan anak kandung kita." Mak meningkah. "Kita takboleh salahkan dia kalau dia abaikan abang-abang dan kakak-kakaknya."

"Mirah nak tegaskan di sini, mak, yang Mirah akan membela nasib abang-abang dan, kakak-kakak lepas mak dan ayah tak ada. Ya, memang mereka bukan saudara kandung Mirah. Tapi, tangan yang telah membelai tubuh Mirah dan tubuh mereka adalah tangan yang sama. Tangan yang telah menyuapkan Mirah dan mereka, juga tangan yang sama. Tangan yang memandikan Mirah dan mereka, adalah tangan yang sama, tangan mak."

Kelihatan gadis yang berkebarung ungu, berbunga merahjambu itu, tunduk sambil mengesat air matanya dengan sapu tangannya. Kebanyakan hadirin,khususnya wanita turut mengesat air mata mereka.

Gadis itu menyambung bicaranya. Tiga bulan lalu, saya terbaca mengenai pencalonan anugerah "Ibu Misali" dalam akhbar. Saya terus mencalonkan mak, di luar pengetahuannya. Saya pasti,kalau mak tahu, dia tidak akan merelakannya. Saya sendiri tidak yakin yang mak akan terpilih untuk menerima anugerah ini, sebab anak- anak mak bukan terdiri daripada orang-orang yang disanjung masyarakat, seperti lazimnya anak- anak "Ibu Misali" yang lain.

"Lorong dan denai kehidupan yang orang-orang seperti mak lalui mempunyai banyak duri dan, ranjau berbanding dengan ibu-ibu lain. Betapa keimanan mak tidak tergugat biarpun berdepan dengan dugaan yang sebegini hebat.Tiada rasa kesal.. Tiada rasa putus asa. Tidak ada salah-menyalahkan antara mak dan ayah."

"Maafkan Mirah sekali lagi, mak. Hingga ke saat-saat terakhir tadi , mak masih tidak menyenangi tindakan Mirah mencalonkan mak, untuk menerima anugerah ini. Mak merasakan diri mak terlalu kerdil lebih-lebih lagi setelah mak mendengar pengisahan "Ibu Misali"pertama, kedua dan ketiga. Berkali-kali mak tegaskan yang mak menjaga anak-anak mak bukan kerana mahukan anugerah ini, tapi kerana anak-anak adalah amanahTuhan."

"Saya ingin jelaskan di sini bahawa saya mencalonkan mak untuk anugerah ini, bukan dengan tujuan merayu simpati. Saya cuma berharap kegigihan dan ketabahan mak akan dapat direnung oleh ibu-ibu lain, terutama ibu-ibu muda yang senang-senang mendera dan mencampakkan anak mereka yang cornel, segar-bugar serta sempurna fizikal dan mental."

"Sebagai pengakhir bicara, sekali lagi saya ingin merakam penghargaan saya kepada pihak penganjur, kerana telah mempertimbangkan mak saya sebagai salah seorang penerima anugerah "Ibu Misali" tahun ini. Semoga pemilihan mak ini akan memberi semangat baru kepada ibu-ibu lain yang senasib dengan mak."

"Sekian, wassalamualaikum warahmatullah. "

Gadis itu beredar meninggalkan pembesar suara.

Penku telah lama terbaring. Buku notaku telah lunyai dek air mataku sendiri. Bahuku dienjut-enjut oleh sedu- sedanku. Pandanganku menjadi kabur. Dalam pandangan yang kabur-kabur itu, mataku silau oleh pancaran cahayakamera rakan semejaku. Aku segera mengangkat kameraku dan menangkap gambar secara rambang tanpa mengetahui sudut mana atau, apa sebenarnya yang telah menarik perhatian wartawan-wartanan lain.

'Bertenang. Kau di sini sebagai pemberita. Kau seharusnya berusaha mendapat skop yang baik, bukan dihanyutkan oleh perasaan kau sendiri.'

Terdengar pesanan satu suara dari dalam diriku.

Lantas, aku mengesat air mataku. Aku menyelak buku notaku mencari helaian yang masih belum disentuh oleh air mataku. Aku capai penku semula.

"Demikianlah kisah pelayaran seorang ibu disamudera kehidupan yang tidak sunyi dari ombak dan badai. Sekarang, dijemput Yang Berbahagia PuanSri Salwa Najwa dengan diiringi oleh Pengerusi Jawatankuasa Pemilihan"Ibu Mithali" untuk menyampaikan anugerah "Ibu Mithali" serta beberapa hadiah iringan kepada Puan Afifah Rashid. Yang Berbahagia Puan Sri dipersilakan."

Nurul Humairah membantu maknya bangun. Kemudian, dia memimpin maknya melangkah ke arah Yang Berbahagia Puan Sri Salwa Najwa. Lutut maknya menggeletar. Namun begitu kerana dia tidak berdaya menahan perasaannya dia terduduk kembali di atas kerusi.

Melihatkan itu, Yang Berbahagia Puan Sri Salwa Najwa sendiri datang mendapatkan Puan Afifah, lalu mengalungkan pingat itu. Setelah itu, beliau menyampaikan beberapa hadiah iringan. Air mata Puan Afifah berladung.

Tepukan gemuruh bergema dari segenap penjuru dewan. Sejurus kemudian,seorang demi seorang penerima anugerah "IbuMithali" sebelumnya,naik ke pentas bersalaman dan berpelukan dengan Puan Afifah. Bertambah lebatlah hujan air mata penerima anugerah "IbuMithali" yang terakhir itu.

9 AZAB PEREMPUAN MENANTI DI NERAKA



Maka Rasullullah telah bersabda setelah pulangnya baginda dari Isra’ dan Mi’raj tentang perempuan yang dilihat menerima balasan perbuatan di dunia. Antaranya kejadian yang telah diperlihatkan oleh Allah swt kepada baginda saw ialah :

1. Dan adapun perempuan yang tergantung dengan rambutnya dan mendidih otak kepalanya; maka bahawa sesungguhnya ia tiada mahu menutup rambutnya daripada lelaki yang haram memandang dia,

2. Dan adapun perempuan yang tergantung dengan lidahnya dan api neraka yang sangat panas dituangkan ke dalam lehernya; maka bahawa sesungguhnya ia menyakiti suaminya.

3. Dan adapun seorang perempuan yang tergantung dengan dua susunya dan buah zaqqum itu dituangkan masuk ke dalam lehernya; maka sesungguhnya ia memberikan air susu suaminya kepada bayi yang lain tanpa izin suaminya.

4. Dan adapun perempuan yang yang tergantung dengan dua kakinya di dalam kerongkongan api nereka itu; maka bahawa sesungguhnya ia keluar rumah tanpa izin daripada suaminya.

5. Dan adapun perempuan yang tergantung dan memakan ia akan tubuhnya dan api neraka dinyala-nyalakan daripada pihak bawahnya; maka bahawa sesungguhnya ia memperhiasi tubuhnya kerana orang lain dan tiada memperhiasi bagi suaminya.

6. Dan adapun perempuan yang tergantung lagi menambat oleh segala malaikat akan dua kakinya kepada dua susunya dan ditambatkan dua susunya kepada ubun-ubunnya dan dijadikan atas badannya itu beberapa ekor ular dan kala hak keadaannya memakan ia(ular dan kala) akan dagingnya dan meminum ia akan darahnya; bahawa sesungguhnya ia di dalam dunia tidak bersuci badannya dan tidak mandi junub dan haid dan daripada nifas dan meringan-ringankan solat.

7. Dan adapun perempuan yang tergantung hal keadaannya buta dan tuli dan kelu yang di dalam kerongkongan api neraka; maka bahawa sesungguhnya ia mendatangkan daripada anak zina dan ditambatkan kepada batang leher suaminya. (perempuan yang menduakan suaminya hingga mendapat anak zina dan dinyatakan anak itu adalah hasil daripada suaminya).

8. Dan adapun perempuan yang tergantung kepalanya seperti kepala babi dan tubuhnya seperti tubuh keldai; maka sesungguhnya ia sangat mengadu-ngadu (batu api) lagi amat dusta.

9. Dan adapun perempuan yang seperti rupa anjing dan api masuk ia ke dalam mulutnya dan keluar ia daripada duburnya; maka bahawa sesungguhnya ia adalah sangat membangkit akan manusia (mengungkit-ungkit pemberian atau pertolongan) lagi banyak dengki mendengki

Waallahualam,

Jumaat, 15 April 2011

WASIAT 4 KHALIFAH

Khalifah ur Rasyidin yang pertama dan Sahabat utama Rasulullah SAW, Sayidina Abu Bakar As Siddiq pernah meninggalkan pesan, katanya:

1. Siapa yang memasuki kubur dengan tidak membawa bekalan samalah seperti orang yang belayar di lautan dengan tidak berperahu.

2. Kegelapan itu ada lima perkara dan penerangnya juga ada lima perkara iaitu:

a. Cinta dunia itu kegelapan dan penerangnya adalah taqwa.

b. Dosa itu kegelapan dan penerangnya adalah taubat.

c. Akhirat itu kegelapan, penerangnya adalahamal soleh.

d. Kubur itu kegelapan, penerangnya adalah kalimah ‘La ilaha illallah Muhammadur Rasulullah.’


Sayidina Abu Bakar berkata: Terdapat lapan perkara yang menjadi perhiasan kepada lapan perkara: – Menjaga perkara yang haram, perhiasan kepada fakir. – Syukur perhiasan kepada nikmat – Sabar perhiasan kepada bala.– Tawaduk perhiasan kepada kemuliaan. – Berlemah lembut perhiasan kepada ilmu. – Merendah diri perhiasan kepada orang yang bercakap.– Meninggalkan riyak perhiasan kepada kebaikan. – Khusyuk perhiasan kepada sembahyang.
e. Siratul Mustaqim itu kegelapan, penerangnya adalah yakin.


Khalifah kedua, Sayidina Umar berpesan:

– Siapa yang menjaga percakapannya dianugerahkan kepadanya hikmah.
– Siapa yang menjaga penglihatannya dianugerahkan kepadanya hati yang khusyuk.

– Siapa yang menjaga makanannya dianugerahkan kepadanya kelazatan dalam beribadah.

– Siapa yang bersabar di atas ujian, Allah sempurnakan sabarnya lalu memasukkannya ke dalam Syurga mana yang dia suka.

– Siapa yang menjaga daripada ketawa dianugerahkan kepadanya kehebatan.

– Siapa yang menjaga daripada bergurau dianugerahkan kepadanya keelokan atau kemuliaan.

– Siapa yang meninggalkan cinta dunia dianugerahkan kepadanya dapat melihat kesalahan sendiri.

– Siapa yang meninggalkan kesibukan mencari kesalahan pada perbuatan Allah, dianugerahkan kepadanya pelepasan daripada nifak.

2. Jika tidaklah kerana takut dihisab sesungguhnya aku perintahkan kamu membawa seekor kambing untuk dipanggang di depan pembakar roti ini.

3. Siapa takut kepada Allah SWT, nescaya marahnya tidakdapat dilihat. Dan siapa takutkan Allah, kehendaknya akan ditunaikan.

4. Wahai Tuhan, jangan Engkau jadikan kebinasaan umat Muhammad SAW di tanganku.

5. Termaktub dalam sepucuk surat khalifah Umar kepada Abu Musa Al Asyaari: “Milikilah sifat sabar. Sifat sabar itu ada dua. Sabar yang pertama lebih afdhal dari sabar yang kedua iaitu sabar dalam meninggalkan larangan Allah SWT dan sabar dalam menghadapi musibah. Ketahuilah bahawa sabar itu sangkutan iman (orang yang bersabar akan mendapat iman) kerana kebajikan yang paling utama adalah taqwa dan taqwa hanya dapat dicapai dengan sabar.”

Mari kita lihat pula kata-kata hikmah daripada khalifah ketiga, Sayidina Usman Ibnu Affan r.a. Di antaranya:

1. Aku mendapat kemanisan ibadah dalam empat perkara:

a. Sewaktu menunaikan apa yang difardhukan Allah.

b. Meninggalkan apa-apa yang Allah haramkan.

c. Ketika menyeru kepada kebaikan.

d. Ketika mencegah kemungkaran dan menjaga diri daripada membuat perkara yang menyebabkan kemurkaan Allah.

2. Katanya lagi: Empat perkara yang pada zahirnya fadhilat dan pada batinnya wajib:

a. Bergaul dengan orang soleh itu fadhilat, mengikut amalan mereka itu wajib.

b. Membaca Al Quran itu fadhilat, beramal dengannya itu wajib.
c. Menziarahi kubur itu fadhilat, bersedia untuknya itu wajib.
d. Menziarahi orang sakit itu fadhilat, menunaikan wasiat itu wajib.

3. Pesanannya: Antara tanda-tanda ‘arifin itu ialah:

a. Hatinya berserta takut dan harap.

b. Lidahnya bertahmid dan memuji Allah.

c. Matanya berserta malu melihat perkara yang dilarang dan banyak menangis. d. Kehendaknya bersih dari cinta dunia dan bertujuan menuntut keredhaan Allah.

Khalifah keempat, Sayidina Ali k.w. berkata:

1. Ilmu itu sebaik-baik pusaka. Adab itu sebaik-baik sifat. Taqwa itu sebaik-baik bekalan. Ibadah itu sebaik-baik barang perniagaan.

2. Siapa yang tinggalkan dunia, dikasihi oleh Allah. Siapa yang tinggalkan dosa, dikasihi oleh malaikat. Siapa tinggalkan tamak, dikasihi oleh orang-orang Islam.

3. Siapa yang tidak ada padanya sunnah Allah, sunnah Rasul dan sunnah wali-Nya, maka tiadalah apa-apa kebaikan padanya. Ditanya orang pada Sayidina Ali k.w., “Apakah sunnah Allah?” Sayidina Ali menjawab, “Menyembunyikan rahsia (misalnya menutup aib orang lain).” Ditanya lagi, “Apakah pula sunnah Rasulullah?” ayidina Ali berkata, “Berlemah lembut dengan sesama manusia.” Ditanya lagi, “Apakah pula sunnah wali-Nya?” Sayidina Ali menjawab, “(Sabar dalam) menanggung penderitaan.”

4. Susah sekali melakukan kebaikan pada empat tempat: – Memberi maaf ketika marah.– Bersedekah ketika kesempitan.– Menjauhi perkara haram ketika seorang diri. – Berkata benar kepada orang yang ditakuti atau orang yang selalu menolong.

5. Memadai aku merasa mulia bahawa Engkau Tuhan bagiku dan memadailah aku merasa bangga bahawa aku menjadi hamba-Mu. Engkau yang aku cintai maka berilah aku taufik (agar dapat melakukan perkara-perkara yang Engkau cintai).

6. Hendaklah kamu lebih mengambil berat bagi diterima amalamal kamu daripada beramal. Sesungguhnya sangat besar nilainya amalan yang disertai taqwa dan betapa lagi kalau amalan itu diterima.

7. Janganlah mengharap seorang hamba itu melainkan Tuhannya dan janganlah dia takut melainkan dosanya.

8. Tiada kebaikan ibadah tanpa ilmu dan tiada kebaikan ilmu tanpa faham dan tidak ada kebaikan bacaan kalau tiada perhatian.

9. Dasar kekafiran itu dikelilingi oleh empat tiang iaitu kasar hati, buta fikiran, lalai dan prasangka.

10. Orang berhati kasar akan menghina kebenaran, menunjukkan kejahatan dan mengutuk orang-orang pandai.

11. Buta hati akan lupa zikrullah.

12. Orang yang syak wasangka akan tertipu oleh angan-angan. Sampai masanya dia ditimpa kecewa dan sesal tidak berhujung kerana diperlihatkan Allah hal-hal yang selama ini tidak dikiranya.

untukmu...wanita


Kedudukan Wanita dlm Islam

Islam datang dgn cahaya yg menerangi dunia. Kedzaliman terhadap wanita pun terangkat. Islam menetapkan insaniyyah seorang wanita layak seorang lelaki di mana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى
“Wahai manusia sesungguh Kami menciptakan kalian dari seorang laki2 dan perempuan”

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً
“Wahai manusia bertakwalah kalian kepada Rabb kalian yg telah menciptakan kalian dari jiwa yg satu kemudian Dia ciptakan dari jiwa yg satu itu pasangannya. Lalu dari kedua Dia memperkembangbiakkan laki2 dan perempuan yg banyak.”

Sebagaimana wanita berserikat dgn lelaki dlm memperoleh pahala dan hukuman atas amalan yg dilakukan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُوْنَ

“Siapa yg beramal shalih dari kalangan laki2 ataupun perempuan sedangkan ia dlm keadaan beriman mk Kami akan menganugerahkan kepada kehidupan yg baik dan Kami akan memberikan balasan pahala kepada mereka dgn yg lbh baik daripada apa yg mereka amalkan.”
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

لِيُعَذِّبَ اللهُ الْمُنَافِقِيْنَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَالْمُشْرِكَاتِ وَيَتُوْبَ اللهُ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ

“Agar Allah mengazab orang2 munafik baik dari kalangan laki2 maupun perempuan dan orang2 musyrik baik dari kalangan laki2 maupun perempuan. Dan agar Allah mengampuni orang2 yg beriman baik dari kalangan laki2 maupun perempuan”
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengharamkan wanita dijadikan barang warisan sepeninggal suaminya.

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا لاَ يَحِلُّ لَكُمْ أَنْ تَرِثُوا النِّسَاءَ كَرْهًا
“Wahai orang2 yg beriman tdk halal bagi kalian mewarisi para wanita secara paksa.”
Bahkan wanita dijadikan sebagai salah satu ahli waris dari harta kerabat yg meninggal. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

لِلرِّجَالِ نَصِيْبٌ مِمَّا تَرَكَ الْوَالِدَانِ وَاْلأَقْرَبُوْنَ وَلِلنِّسَاءِ نَصِيْبٌ مِمَّا تَرَكَ الْوَالِدَانِ وَاْلأَقْرَبُوْنَ مِمَّا قَلَّ مِنْهُ أَوْ كَثُرَ

“Bagi para lelaki ada hak bagian dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabat-kerabatnya. Dan bagi para wanita ada hak bagian dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabat-kerabat baik sedikit ataupun banyak menurut bagian yg telah ditetapkan.”
Dalam masalah pernikahan Allah Subhanahu wa Ta’ala membatasi laki2 hanya boleh mengumpulkan empat istri dgn syarat harus berlaku adil dgn sekuat kemampuan di antara para istrinya. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala wajibkan bagi suami utk bergaul dgn ma’ruf terhadap istrinya:

وَعَاشِرُوْهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ

“Dan bergaullah kalian dgn para istri dgn cara yg ma’ruf.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala menetapkan ada mahar dlm pernikahan sebagai hak wanita yg harus diberikan secara sempurna kecuali bila si wanita merelakan dgn kelapangan hatinya. Dia Yang Maha Tinggi Sebutan-Nya berfirman:

وَآتُوا النِّسَاءَ صَدُقَاتِهِنَّ نِحْلَةً فَإِنْ طِبْنَ لَكُمْ عَنْ شَيْءٍ مِنْهُ نَفْسًا فَكُلُوْهُ هَنِيْئًا مَرِيْئًا

“Dan berikanlah mahar kepada para wanita yg kalian nikahi sebagai pemberian dgn penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kalian sebagian dari mahar tersebut dgn senang hati mk makanlah pemberian itu sebagai sesuatu yg baik.”
Wanita pun dijadikan sebagai penanggung jawab dlm rumah tangga suami sebagai pemimpin atas anak-anaknya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kabarkan hal ini dlm sabdanya:

الْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُوْلَةٌ عَنْهُمْ

“Wanita adl pemimpin atas rumah tangga suami dan anak suami dan ia akan dita tentang mereka.” .

Wanita di hadapan Hukum Syariat

Syariat Islam yg diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Nabi-Nya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam menetapkan bahwa wanita adl insan yg mukallaf sebagaimana lelaki. Wanita wajib bersaksi tdk ada sesembahan yg berhak diibadahi kecuali hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adl utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia harus menegakkan shalat menunaikan zakat puasa di bulan Ramadhan dan berhaji bila ada kemampuan. Ia wajib beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala malaikat-malaikat-Nya kitab-kitab-Nya para rasul-Nya beriman akan datang hari akhir dan beriman dgn takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala yg baik ataupun yg buruk semua ditetapkan oleh-Nya. Wajib pula bagi wanita utk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala seakan-akan ia melihat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bila tdk bisa menghadirkan yg seperti ini mk ia harus yakin Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu melihat dlm seluruh keadaan ketika sendiri ataupun bersama orang banyak.
Wanita juga harus melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar semampunya melaksanakan apa yg diperintahkan dan menjauhi apa yg dilarang. Ia pun diperintah utk berhias dgn akhlak mulia seperti jujur amanah dan adab-adab Islam lainnya.
Pembebanan syariat atas wanita sebagaimana kepada lelaki ini tdk lain bertujuan utk memuliakan wanita dan mengantarkan kepada derajat keimanan yg lbh tinggi. Karena pemberian beban syariat kepada seorang hamba hakikat adl pemuliaan bagi si hamba bila ia melaksanakan sesuai dgn apa yg dikehendaki oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bukankah di balik beban syariat itu ada pahala yg dijanjikan dan keni’matan abadi yg menanti?
Perlu diketahui sekalipun wanita memiliki kedudukan yg sama dgn lelaki dlm hukum syariat namun ada beberapa kekhususan hukum yg diberikan kepada wanita. Di antaranya:
1. Wanita tdk diwajibkan mencari nafkah utk keluarganya.
2. dlm warisan wanita memperoleh setengah dari bagian lelaki sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يُوْصِيْكُمُ اللهُ فِي أَوْلاَدِكُمْ لِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ اْلأُنْثَيَيْنِ
“Allah memberi wasiat kepada kalian tentang pembagian warisan bagi anak-anak kalian yaitu anak laki2 mendapat bagian yg sama dgn bagian yg diperoleh dua anak perempuan.”
Pembagian seperti ini ditetapkan krn seorang lelaki memiliki kebutuhan utk memberi nafkah memikul beban mencari rizki dan menanggung kesulitan sehingga pantas sekali ia menerima bagian warisan dua kali lipat dari yg diperoleh wanita. Demikian dinyatakan Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullahu ketika menafsirkan ayat di atas.
3. Wanita tdk boleh memimpin laki2 bahkan ia harus berada di bawah kepemimpinan lelaki. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

الرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ

“Kaum lelaki adl pemimpin atas kaum wanita oleh krn Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian yg lain dan krn mereka telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.”
Al-Imam Al-Alusi rahimahullahu berkata: “.Terdapat riwayat yg menerangkan bahwa para wanita kurang akal dan agama sedangkan lelaki sebaliknya. Hal ini sangatlah jelas. Karena itulah para lelaki mendapat kekhususan mengemban risalah kerasulan dan kenabian menurut pendapat yg paling masyhur. Mereka mengemban amanah imamatul kubra dan imamatus shughra menegakkan syiar-syiar Islam seperti adzan iqamah khutbah shalat Jum’at bertakbir pada hari-hari tasyrik –menurut pendapat guru kami yg mulia–. Demikian pula memutuskan perceraian dan pernikahan menurut pendapat madzhab Syafi’iyyah memberikan kesaksian-kesaksian dlm perkara pokok mendapat bagian yg lbh banyak dlm pembagian harta warisan dan berbagai permasalahan lainnya.”
Ketika seorang wanita diangkat sebagai pemimpin oleh suatu kaum mk mereka tdk akan beruntung.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ وَلَّوْ أَمْرَهُمُ امْرَأَةٌ
“Tidak akan beruntung suatu kaum yg mereka menyerahkan urusan mereka kepada seorang wanita.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda seperti ini tatkala sampai berita kepada beliau bahwa penduduk Persia menobatkan Buran putri Kisra sebagai ratu mereka. Al-Imam Ash-Shan’ani rahimahullahu berkata: “Di dlm hadits ini ada dalil yg menunjukkan tdk boleh seorang wanita memimpin sesuatu pun dari hukum-hukum yg bersifat umum di kalangan muslimin.”
Demikianlah. Semua kekhususan yg ditentukan oleh Islam terhadap wanita bertujuan utk menjaga agama akal nasab/keturunan jiwa dan harta di mana –menurut Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-’Asqalani rahimahullahu– bila kelima perkara ini terjaga niscaya akan terwujud kebaikan dunia dan akhirat.
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.


Isteri Nabi Nuh dan Nabi Luth telah mengkhianati kedua suami mereka dan menyebabkan mereka menjadi hina sedangkan Asiyah dan Maryam adalah wanita-wanita yang beriman maka mulialah keduanya.

tanda HAJI- nya MABRUR



Firman Allah swt :
“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji.
(Q.S Al-Baqarah: 197)

Sabda nabi saw:
“Haji yang mabrur tidak ada balasan yang setimpal melainkan balasan syurga”.
(H.R Bukhari)

Daripada Ibn Majah bahawa nabi saw:
“Baginda berdoa; “Ya Allah, haji (yang mabrur) ialah yang tidak riya’ dan tidak sum’ah”.

Di dalam hadith dari Jabir r.a, Nabi saw bersabda:
“Sempurnakanlah cara-cara melaksanakan haji, kerana saya tidak tahu adakah haji saya mendapat haji yang mabrur selepas haji saya ini”. ( H.R Muslim)

Sabda Nabi saw:
“Barangsiapa yang mengerjakan haji di Baitullah sedangkan dia tidak mengeluarkan kata-kata rafats (mencarut) dan berbuat fasik maka dia kembali seperti bayi yang baru lahir dari perut ibunya”. 
(Muttafaq Alaih)

Al-Hasan al-Bashari rahimahullah berkata: 'Haji mabrur adakah bahwa pelakunya pulang, zuhud terhadap dunia dan senang terhadap akhirat.'

Sebagian dari salaf berkata, 'Di antara tanda haji mabrur adalah bahwa hal itu nampak di akhirnya. Jika ia pulang menjadi lebih baik dari sebelumnya, diketahuilah bahwa ia mabrur.'

5 SEBAB "COUPLE" ITU HARAM


Pada asasnya, hukum bercinta-kasih, berpasangan( couple) atau seumpamanya adalah harus. Akan tetapi terdapat beberapa perkara/tindakan yang boleh menyebabkannya menjadi HARAM. Antaranya :

PERTAMA: TIDAK MEMPUNYAI NIAT YANG BAIK ATAU SEBALIKNYA

Sesebuah perhubungan ˜istimewa" antara seorang lelaki dan wanita seharusnya didasari dengan niat yang baik seperti bertujuan untuk berkahwin. Justeru sebarang perhubungan yang tidak bertujuan seperti tersebut adalah tidak harus seperti bercouple untuk berhibur, bersuka-suka dan sebagainya.

KEDUA: TIDAK MEMATUHI (MELAMPAUI) SYARIAT AGAMA

Lumrah bercouple seakan tidak dapat lari dari aktiviti seperti ber"dating", ber"shoping" dan sebagainya hatta ada yang sampai ke peringkat "membonceng". Tidak kurang juga (tanpa segan silu) menggunakan istilah-istilah yang kononnya menunjukkan sikap "caring" seperti memanggil darling kepada pasangannya. Paling tidak, pasti di dalam pertemuan(dating) akan berlaku pandangan mata yang tidak harus, perbicaraan yang tidak wajar dan seumpamanya. Semua perlakuan ini adalah bercanggah dengan ajaran Islam yang mengharamkan perhubungan bebas di antara lelaki dan perempuan. Yang paling penting, apabila Syariat Islam mengharamkan sesuatu perkara/perbuatan, maka wasilah atau tindakan yang menuju kepada perkara yang diharamkan tersebut juga turut diharamkan. Kaedah Fiqh ada menyebutkan : sesuatu yang membawa kepada yang haram, maka ia juga menjadi haram. Justeru berdasarkan kaedah ini, maka bercouple yang membawa kepada perlanggaran hukum syariat juga adalah
haram.

KETIGA: MENJATUHKAN MARUAH (PERIBADI) SEORANG WANITA

Apabila pasangan yang bercouple berdating, maka peribadi seorang wanita muslimah akan dipersoalkan. Khalayak tidak akan berbicara tentang si lelaki yang bercouple tersebut, tetapi si perempuan. Masyarakat akan bertanya bagaimana begitu mudah si perempuan tersebut membiarkan dirinya diusung(maaf jika agak keterlaluan) ke sana-sini atau setidak-tidaknya umum akan menganggap bahawa perempuan tersebut telah dimiliki. Kesan buruk yang mungkin dihadapi ialah apabila berlaku perpisahan antara pasangan tersebut. Masyarakat akan mula membuat pelbagai tanggapan negatif terhadap si perempuan tersebut. Prasangka-prasangka negatif akan direka dan dihebahkan. Akhirnya berlakulah tohmahan-tohmohan yang menjatuhkan maruah dan kehormatan seorang wanita. Ingatlah bahawa Islam amat memprihatinkan penjagaan maruah seorang wanita. Di atas dasar itulah adanya hukum Qazaf dan kerana tujuan tersebut jugalah Islam mengharamkan perhubungan yang di luar batasan. Sebabnya adalah kerana Islam
memelihara kehormatan seorang wanita.

KEEMPAT: MEMBAZIRKAN WANG KEPADA PERKARA YANG TIDAK WAJAR

Di dalam budaya bercouple, biasanya pasangan lelaki akan banyak menghabis duit pinjaman PTPTN, JPA, yayasan negeri (bagi mahasiswa IPT) atau duit pemberian ibubapa untuk memenuhi kehendak pasangan wanitanya. Ajak saja dinner, lunch, breakfeast atau bershoping pasti si lelaki yang perlu mengeluarkan duit poketnya. Terdapat juga keadaan di mana si perempuan yang berbelanja si lelaki. Itu belum dikira dengan pembeliaan kad top-up handset yang out of control. Hanya kerana call untuk tanya khabar, dah makan ke belum, ada yang sanggup mentop up handset mereka beberapa kali dalam seminggu. Cuba bayangkan jumlah wang perlu dibazirkan hanya untuk perkara yang sangat remeh dan tidak perlu. Paling menyedihkan, wang tersebut adalah pemberian keluarga yang seharusnya digunakan bagi tujuan pengajian. Begitu juga wang pinjaman PTPTN, ia adalah hutang yang perlu dibayar selepas tamat pengajian. Justeru, penggunaan kedua-dua jenis wang ini kepada perkara yang tidak wajar adalah tidak
harus dan ditegah oleh syarak. Perbuatan membazir dan menyalahgunakan harta juga adalah amalan syaitan.(Rujuk Al-Israa ayat 27)

KELIMA: MEMBUANG MASA KEPADA PERKARA YANG TIDAK SEWAJARNYA

Seperkara yang wajar diprihatinkan di sini ialah penggunaan waktu kepada perkara yang tidak bermanfaat. Lebih malang lagi, masa yang amat terhad sebagai seorang mahasiswa telah diisi dengan perbuatan-perbuatan yang ditegah oleh Allah. Bukankah berdating, berbual telefon secara marathon dan lain-lain aktiviti rutin bercouple merupakan perbuatan yang menyimpang dari anjuran agama. Justeru setiap saat dan minit yang digunakan bagi tujuan tersebut akan dipersoal dan diperbicarakan di hadapan Allah.

Perlu diingat bahawa Islam bukan mengharamkan secara total perkara yang dinyatakan di atas. Islam tidak menghalang perbuatan tersebut, tetapi meletakkan beberapa prasyarat yang perlu dipenuhi. Sekiranya kita gagal mengikut syarat-syarat tersebut, maka status perbuatan tersebut menjadi HARAM serta menjauhkan diri pelaku daripada kasih sayang dan cinta Allah. (Rujuk kitab al-Halal wal Haram Fil Islam, Dr. Yusuf Al-Qardhawi)

Khamis, 7 April 2011

kisah Si Pengali Kubur...



Terdapat seorang pemuda yang kerjanya menggali kubur dan mencuri kain kafan untuk dijual. Pada suatu hari, pemuda tersebut berjumpa dengan seorang ahli ibadah untuk menyatakan kekesalannya dan keinginan untuk bertaubat kepada Allah SWT. Dia berkata, “Sepanjang aku menggali kubur untuk mencuri kain kafan, aku telah melihat 7 perkara ganjil yang menimpa mayat-mayat tersebut. Lantaran aku merasa sangat insaf atas perbuatanku yang sangat keji itu dan ingin sekali bertaubat.”

” Yang pertama, aku lihat mayat yang pada siang harinya menghadap kiblat. Tetapi apabila aku menggali semula kuburnya pada waktu malam, aku lihat wajahnya telah pun membelakangkan kiblat. Mengapa terjadi begitu, wahai tuan guru?” tanya pemuda itu. ” Wahai anak muda, mereka itulah golongan yang telah mensyirikkan Allah sewaktu hidupnya. Lantaran Allah menghinakan mereka dengan memalingkan wajah mereka dari mengadap kiblat, bagi membezakan mereka daripada golongan muslim yang lain,” jawab ahli ibadah tersebut.

Sambung pemuda itu lagi, ” Golongan yang kedua, aku lihat wajah mereka sangat elok semasa mereka dimasukkan ke dalam liang lahad. Tatkala malam hari ketika aku menggali kubur mereka, ku lihat wajah mereka telah pun bertukar menjadi babi. Mengapa begitu halnya, wahai tuan guru?” Jawab ahli ibadah tersebut, ” Wahai anak muda, mereka itulah golongan yang meremehkan dan meninggalkan solat sewaktu hidupnya. Sesungguhnya solat merupakan amalan yang pertama sekali dihisab. Jika sempurna solat, maka sempurnalah amalan-amalan kita yang lain,”

Pemuda itu menyambung lagi, ” Wahai tuan guru, golongan yang ketiga yang aku lihat, pada waktu siang mayatnya kelihatan seperti biasa sahaja. Apabila aku menggali kuburnya pada waktu malam, ku lihat perutnya terlalu gelembung, keluar pula ulat yang terlalu banyak daripada perutnya itu.” ” Mereka itulah golongan yang gemar memakan harta yang haram, wahai anak muda,” balas ahli ibadah itu lagi.

” Golongan keempat, ku lihat mayat yang jasadnya bertukar menjadi batu bulat yang hitam warnanya. Mengapa terjadi begitu, wahai tuan guru?” Jawab ahli ibadah itu, ” Wahai pemuda, itulah golongan manusia yang derhaka kepada kedua ibu bapanya sewaktu hayatnya. Sesungguhnya Allah sama sekali tidak redha kepada manusia yang menderhakai ibu bapanya.”

” Golongan kelima, ku lihat ada pula mayat yang kukunya amat panjang, hingga membelit-belit seluruh tubuhnya dan keluar segala isi dari tubuh badannya,” sambung pemuda itu. ” Anak muda, mereka itulah golongan yang gemar memutuskan silaturrahim. Semasa hidupnya mereka suka memulakan pertengkaran dan tidak bertegur sapa lebih daripada 3 hari. Bukankah Rasulullah SAW pernah bersabda, bahawa sesiapa yang tidak bertegur sapa melebihi 3 hari bukanlah termasuk dalam golongan umat baginda,” jelas ahli ibadah tersebut.

” Wahai guru, golongan yang keenam yang aku lihat, sewaktu siangnya lahadnya kering kontang. Tatkala malam ketika aku menggali semula kubur itu, ku lihat mayat tersebut terapung dan lahadnya dipenuhi air hitam yang amat busuk baunya,” ” Wahai pemuda, itulah golongan yang memakan harta riba sewaktu hayatnya,” jawab ahli ibadah tadi.

” Wahai guru, golongan yang terakhir yang aku lihat, mayatnya sentiasa tersenyum dan berseri-seri pula wajahnya. Mengapa demikian halnya wahai tuan guru?” tanya pemuda itu lagi. Jawab ahli ibadah tersebut, ” Wahai pemuda, mereka itulah golongan manusia yang berilmu. Dan mereka beramal pula dengan ilmunya sewaktu hayat mereka. Inilah golongan yang beroleh keredhaan dan kemuliaan di sisi Allah baik sewaktu hayatnya mahupun sesudah matinya.”

Ingatlah, sesungguhnya daripada Allah kita datang dan kepada-Nya jualah kita akan kembali. Kita akan dipertanggungjawabkan atas setiap amal yang kita lakukan, hatta amalan sebesar zarah.




TANDA-TANDA KEMATIAN UNTUK ORANG ISLAM


Adapun tanda-tanda kematian mengikut ulamak adalah benar dan ujud cuma amalan dan ketakwaan kita sahaja yang akan dapat membezakan kepekaan kita kepada tanda-tanda ini. Rasulallah SAW diriwayatkan masih mampu memperlihat dan menceritakan kepada keluarga dan sahabat secara lansung akan kesukaran menghadapi sakaratulmaut dari awal hinggalah akhirnya hayat Baginda. Imam Ghazali rahimahullah diriwayatkan memperolehi tanda-tanda ini sehinggakan beliau mampu menyediakan dirinya untuk menghadapi sakaratulmaut secara sendirian. Beliau menyediakan dirinya dengan segala persiapan termasuk mandinya, wuduknya serta kafannya sekali cuma ketika sampai bahagian tubuh dan kepala sahaja beliau telah memanggil abangnya iaitu Imam Ahmad Ibnu Hambal untuk menyambung tugas tersebut. Beliau wafat ketika Imam Ahmad bersedia untuk engkafankan bahagian mukanya.

Adapun riwayat -riwayat ini memperlihatkan kepada kita sesungguhnya Allah SWT tidak pernah berlaku zalim kepada hambanya. Tanda-tanda yang diberikan adalah untuk menjadikan kita umat Islam supaya dapat bertaubat dan bersedia dalam perjalanan menghadap Allah SWT. Walaubagaimanapun semua tanda-tanda ini akan berlaku kepada orang-orang Islam sahaja manakala orang-orang kafir iaitu orang yang menyekutukan Allah nyawa mereka ini akan terus di rentap tanpa sebarang peringatan sesuai dengan kekufuran mereka kepada Allah SWT.

Adapun tanda-tanda ini terbahagi kepada beberapa keadaan :

Tanda 100 hari sebelum hari mati.

Ini adalah tanda pertama dari Allah SWT kepada hambanya dan hanya akan disedari oleh mereka-mereka yang dikehendakinya. Walaubagaimanapun semua orang Islam akan mendapat tanda ini cuma samada mereka sedar atau tidak sahaja. Tanda ini akan berlaku lazimnya selepas waktu Asar. Seluruh tubuh iaitu dari hujung rambut sehingga ke hujung kaki akan mengalami getaran atau seakan-akan mengigil. Contohnya seperti daging lembu yang baru disembelih dimana jika diperhatikan dengan teliti kita akan mendapati daging tersebut seakan-akan bergetar. Tanda ini rasanya lazat dan bagi mereka sedar dan berdetik di hati bahawa mungkin ini adalah tanda mati maka getaran ini akan berhenti dan hilang setelah kita sedar akan kehadiran tanda ini. Bagi mereka yang tidak diberi kesedaran atau mereka yang hanyut dengan kenikmatan tanpa memikirkan soal kematian , tanda ini akan lenyap begitu sahaja tanpa sebarang munafaat. Bagi yang sedar dengan kehadiran tanda ini maka ini adalah peluang terbaik untuk memunafaatkan masa yang ada untuk mempersiapkan diri dengan amalan dan urusan yang akan dibawa atau ditinggalkan sesudah mati.

Tanda 40 hari sebelum hari mati

Tanda ini juga akan berlaku sesudah waktu Asar. Bahagian pusat kita akan berdenyut-denyut. Pada ketika ini daun yang tertulis nama kita akan gugur dari pokok yang letaknya di atas Arash Allah SWT. Maka malaikatmaut akan mengambil daun tersebut dan mula membuat persediaannya ke atas kita antaranya ialah ia akan mula mengikuti kita sepanjang masa. Akan terjadi malaikatmaut ini akan memperlihatkan wajahnya sekilas lalu dan jika ini terjadi, mereka yang terpilih ini akan merasakan seakan-akan bingung seketika. Adapun malaikatmaut ini wujudnya cuma seorang tetapi kuasanya untuk mencabut nyawa adalah bersamaan dengan jumlah nyawa yang akan dicabutnya.

Tanda 7 hari

Adapun tanda ini akan diberikan hanya kepada mereka yang diuji dengan musibah kesakitan di mana orang sakit yang tidak makan secara tiba-tiba ianya berselera untuk makan.

Tanda 3 hari

Pada ketika ini akan terasa denyutan di bahagian tengah dahi kita iaitu diantara dahi kanan dan kiri. Jika tanda ini dapat dikesan maka berpuasalah kita selepas itu supaya perut kita tidak mengandungi banyak najis dan ini akan memudahkan urusan orang yang akan memandikan kita nanti. Ketika ini juga mata hitam kita tidak akan bersinar lagi dan bagi orang yang sakit hidungnya akan perlahan-lahan jatuh dan ini dapat dikesan jika kita melihatnya dari bahagian sisi. Telinganya akan layu dimana bahagian hujungnya akan beransur-ansur masuk ke dalam. Telapak kakinya yang terlunjur akan perlahan-lahan jatuh ke depan dan sukar ditegakkan.

Tanda 1 hari

Akan berlaku sesudah waktu Asar di mana kita akan merasakan satu denyutan di sebelah belakang iaitu di kawasan ubun-ubun di mana ini menandakan kita tidak akan sempat untuk menemui waktu Asar keesokan harinya.

Tanda akhir

Akan berlaku keadaan di mana kita akan merasakan satu keadaan sejuk di bahagian pusat dan ianya akan turun ke pinggang dan seterusnya akan naik ke bahagian halkum. Ketika ini hendaklah kita terus mengucap kalimah syahadah dan berdiam diri dan menantikan kedatangan malaikatmaut untuk menjemput kita kembali kepada Allah SWT yang telah menghidupkan kita dan sekarang akan mematikan pula.

PENUTUP

Sesungguhnya marilah kita bertaqwa dan berdoa kepada Allah SWT semuga kita adalah di antara orang-orang yang yang dipilih oleh Allah yang akan diberi kesedaran untuk peka terhadap tanda-tanda mati ini semoga kita dapat membuat persiapan terakhir dalam usaha memohon keampunan samada dari Allah SWT mahupun dari manusia sendiri dari segala dosa dan urusan hutang piutang kita. Walaubagaimanapun sesuai dengan sifat Allah SWT yang maha berkuasa lagi pemurah lagi maha mengasihani maka diriwatkan bahawa tarikh mati seseorang manusia itu masih boleh diubah dengan amalan doa iaitu samada doa dari kita sendiri ataupun doa dari orang lain. Namun ianya adalah ketentuan Allah SWT semata-mata.

Oleh itu marilah kita bersama-sama berusaha dan berdoa semuga kita diberi hidayah dan petunjuk oleh Allah SWT serta kelapangan masa dan kesihatan tubuh badan dan juga fikiran dalam usaha kita untuk mencari keredhaan Allah SWT samada di dunia mahupun akhirat.

Apa yang baik dan benar itu datangnya dari Allah SWT dan apa yang salah dan silap itu adalah dari kelemahan manusia itu sendiri.





Ahad, 3 April 2011

TANDA-TANDA MENDAPAT HIDAYAH



1. Merasakan kemudahan dalam beramal soleh.

Orang yang telah mendapatkan hidayah akan merasa mudah atau ringan dalam melaksanakan amal soleh, rajin dan tekun dalam beribadah, serta sangat takut berbuat kedurhakaan. Sementara orang yang tidak mendapatkan hidayah-Nya akan merasa malas dalam beramal soleh dan tidak merasa bersalah kalau berbuat maksiat.
Allah SWT. berfirman, “Barangsiapa yang Allah kehendaki untuk mendapat petunjuk, nescaya Dia melapangkan dadanya untuk Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, nescaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.” (QS Al-Anam 6: 125)

2. Merasakan kerinduan kepada Allah SWT.

Orang yang mendapatkan hidayah, setiap relung hatinya terisi dengan kerinduan kepada Allah swt. Jika nama Allah swt. disebut, akan bergetar hatinya, Kalau dibacakan firman-Nya, akan bertambah imannya; ia bertawakal, mendirikan shalat, dan mengeluarkan zakat sebagai ekspresi syukur atas nikmat yang diterimanya.


Firman Allah SWT, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka, dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakal. Orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa darjat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki yang mulia.” (QS Al-Anfal 8: 2-4)

3. Konsisten atau Istiqamah.

Orang yang mendapatkan hidayah akan istiqamah atau konsisten dalam menjalankan perintah-perintah-Nya. Ia akan merasa nikmat saat beribadah kepada-Nya. Hal ini dijelaskan dalam ayat berikut,
Firman Allah SWT bermaksud, “Barangsiapa yang berpegang teguh kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS Ali-Imran 3: 101).
Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah suka apabila seorang hamba mengerjakan suatu pekerjaan dan dia konsisten melakukannya.” (H.R. Baihaqi)

Ketaatan mereka dalam memegang ajaran agama diumpamakan dalam ayat berikut.
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik (la Ilaha Illallah) seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (QS. Ibrahim 14: 24-25)

4. Bersemangat dalam mempelajari ajaran agama.

Orang yang mendapatkan hidayah akan memiliki semangat untuk selalu menelaah ajaran-ajaran Allah. Islam itu agama yang harus difahami, bukan sekadar diyakini.

Rasulullah saw bersabda, ”Apabila Allah akan memberikan kebaikan pada seseorang, Dia faqihkan orang tersebut dalam agama.”

Yang dimaksud dengan Dia faqihkan orang tersebut dalam agama yaitu orang tersebut bersemangat untuk menelaah ajaran-ajaran Islam.

5. Sabar menghadapi berbagai ujian.

Allah swt. memberikan kehidupan kepada manusia sebagai ujian. Siapakah di antara hamba-Nya yang paling baik amalnya. Kehidupan dunia merupakan ladang amal.
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (QS. Al Mulk 67: 2)

Orang-orang yang mendapatkan hidayah akan tahan menghadapi berbagai ujian kehidupan, sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut.
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun.’ Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS Al-Baqarah 2:155-157)

Pada akhir ayat di atas tertulis dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. Ini merupakan pengunci ayat yang menegaskan bahawa orang-orang yang bersabar adalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk atau hidayah-Nya.